Ketika si Kecil sudah memasuki usia 12 tahun, itu artinya dia sudah memasuki masa remaja. Masa-masa ini identik dengan mood swings dan pemberontakan. Gimana, sih, caranya biar si Kecil melewati fase remaja dengan mudah dan santai? Ini dia tipsnya!
Perlakukan si Kecil sebagai manusia
Posisi orang tua di sini tidak sama dengan memperlakukan si Kecil sebagai teman. Memperlakukannya sebagai manusia artinya memperlakukan remaja sebagai orang dengan pikiran dan perasaannya sendiri, yang sebagian besar pasti berbeda dengan Moms.
Jadi, perlakukan si Kecil yang sedang beranjak dewasa seperti orang lain atau orang asing tanpa praduga tentang apa yang sedang atau tidak dia pikirkan.
Saat si Kecil berbicara dengan kasar dan tidak sopan kepada Moms, jangan menganggapnya memang sedang berlaku kasar dan tidak sopan. Mungkin ada beberapa alasan sampai si Kecil berbicara dengan cara yang tidak mengenakkan tersebut, seperti lelah, baru saja bertengkar dengan temannya, atau tidak memerhatikan nada bicaranya.
Moms tidak akan tahu pasti tanpa bertanya. Karena, seperti manusia lainnya, Moms tidak bisa membaca pikiran.
Langsung saja beritahu si Kecil bahwa dia sedang berbicara dengan tidak sopan, dan apakah memang dia sengaja atau ada hal lain yang sedang dipikirkannya. Moms mungkin akan mendapatkan jawaban yang mengejutkan dari si Kecil.
Jika memang si Kecil sengaja berbicara dengan tidak sopan, tanyakan alasannya. Tanyakan apa yang terjadi antara Moms & si Kecil.
Menghadapi remaja sama halnya dengan menghadapi orang lain, bukan anak kecil atau anak besar. Itu artinya, Moms tidak bisa menganggap diri Moms selalu benar dan si Kecil selalu salah. Moms perlu mendengarkan si Kecil untuk tahu alasan pastinya.
Saat Moms memperlakukan si Kecil sebagai anak muda yang berakal sehat, si Kecil akan mulai bertingkah sesuai apa yang Moms inginkan. Mengasuh anak remaja pun jadi jauh lebih mudah!
Berhenti mengesampingkan apa yang si Kecil perbuat sebagai “masalah remaja”
Masalah remaja hanya muncul pada masa remaja, kan? Bagaimana kalau menganggap segala hal yang sedang dialami atau dilakukan si Kecil sebagai teenage problems? Eits... ini anggapan yang salah, Moms.
Pokok permasalahannya bukan di istilah teenage problems-nya, sih... tetapi bagaimana cara Moms menggunakannya. Memang, sangat mudah untuk menyalahkan segalanya pada perubahan hormonal atau otak remaja yang ringkih.
Namun, jika kita menggeneralisasi semua masalah menjadi satu hal, kita berisiko melupakan dan mengabaikan penyebab yang mendasarinya. Moms harus mengakui bahwa ada masalah yang harus diatasi, bukan hanya akibat masa remaja, sehingga masalah tersebut dapat diatasi.
Prioritaskan hubungan orang tua-anak
Hubungan orang tua-anak harus jadi prioritas utama setiap orang tua, bukan nilai akademis atau pekerjaan rumah tangga. Jangan biarkan masalah hubungan berlanjut. Semakin dekat Moms dengan si Kecil, semakin mudah si Kecil menjalani masa remajanya, dan terhindar dari tekanan emosional, penyalahgunaan narkoba, perilaku seksual dini, hingga bunuh diri.
Saat mendisiplinkan seorang remaja, gunakan gaya parenting yang hangat dan responsif. Jadilah orang tua yang berwibawa. Dan gunakan tindakan disipliner yang tidak merusak hubungan antara Moms dan si Kecil.
Satu cara untuk mendekatkan hubungan keluarga adalah makan bersama setiap hari. Jadikan ini waktu yang berkualitas untuk mengecek kondisi emosional si Kecil dan memperkuat bonding. Si Kecil akan jauh lebih termotivasi untuk mengerjakan tugas dan mendapatkan nilai bagus jika keluarga memiliki bonding yang kuat. Pendekatan seperti ini jauh lebih baik daripada menghukum si Kecil sampai patuh.
Pantau pengaruh teman sebaya
Moms perlu memantau lingkaran sosial si Kecil dengan cermat, tetapi jangan mengganggu. Sebab, salah satu aspek penting dari masa remaja adalah mengembangkan kemampuan untuk membentuk ikatan dan persahabatan yang kuat. Pantauan dari orang tua dapat mencegah tekanan atau pengaruh teman sebaya yang menyimpang. Memantau aktivitas si Kecil sambil memberikan otonomi berarti Moms mengandalkan si Kecil untuk memberi tahu tentang kehidupannya. Bonding kuat berdasarkan kepercayaan sangat krusial bagi pertumbuhannya.
Responsiflah terhadap kesehatan jiwa si Kecil
Perkembangan otak remaja membuatnya sangat encer sehingga mudah mempelajari apa saja. Tetapi, ini juga merupakan waktu puncak ketika banyak penyakit mental mulai berkembang.
Masalah kesehatan mental terkait stres seperti kecemasan, depresi, susah mengendalikan berat badan sehat, penyalahgunaan narkoba, upaya bunuh diri, ketidakpuasan tubuh, dan harga diri rendah sangat berisiko tinggi dalam periode remaja ini. Sekitar 20% remaja menderita penyakit mental yang akan terbawa hingga dewasa.
Maka, bantu si Kecil membangun rutinitas untuk berolahraga, makan sehat, dan tidur 8 hingga 10 jam untuk meningkatkan kesehatan mental. Dan jika Moms melihat atau mencurigai si Kecil sedang berjuang dengan masalah psikologis, carilah bantuan profesional sesegera mungkin.
Nah, itulah beberapa tips parenting santai anak usia remaja. Yuk, Moms, dukung perkembangan si Kecil supaya
Referensi: Parenting for Brain
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments