Belakangan ini, istilah Inner Child lagi marak dibicarakan. Sebenarnya, apa itu Inner Child? Apakah semua orang mempunyainya? Dan apakah Inner Child selalu identik dengan hal negatif yang dialami saat kecil sehingga membentuk kepribadian yang kurang baik saat dewasa?
Pengertian Inner Child
Moms, ketahuilah bahwa Inner Child merupakan kumpulan-kumpulan ingatan dan emosi dari masa kecil. Sekumpulan ingatan ini memengaruhi sikap seseorang terhadap dunia. Sebagaimana dikatakan oleh Dra. Mira Amir, Psikolog Anak dan Keluarga di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Inner Child menentukan apakah seseorang tersebut menilai dunia sebagai dunia yang bersahabat atau menakutkan. Dalam pernyataan yang dilansir oleh Parapuan, Rabu, 27 Juli 2022 silam itu, Mira juga berkata bahwa Inner Child membentuk karakter si Kecil saat dewasa kelak.
Anak yang Inner Child-nya berisi memori yang indah dan menyenangkan, dia akan mempersepsikan dunia sebagai dunia yang bersahabat dan penuh cinta kasih. Akan tetapi, anak dengan Inner Child negatif dan terluka, dia akan tumbuh menjadi pribadi yang negatif.
Adapun peristiwa-peristiwa masa kecil yang dapat melukai Inner Child di antaranya: peristiwa penuh ancaman, peristiwa penuh kekerasan, diasuh jauh dari kelemahlembutan, diasuh jauh dari cinta tanpa syarat oleh kedua orang tuanya.
Usia kritis untuk membentuk Inner Child
Rentang usia anak-anak adalah dari lahir hingga usia 18 tahun. Meskipun demikian, usia kritis untuk membentuk Inner Child adalah sebelum anak masuk sekolah yaitu sebelum usia 7 tahun.
Dalam fase kritis tersebut, anak sedang mengalami perkembangan emosi yang menentukan bagaimana cara dia memandang dunia dan mengatasi masalah saat dewasa. Dikatakan Mira, anak pada usia 3 tahun sudah bisa berpikir dengan baik. Jadi, apa-apa saja yang ditanamkan pada anak akan menjadi Inner Child hingga dewasa.
Maka, sebaiknya anak dididik dengan positif. Misalnya, diberikan rasa percaya yang bertumbuh sehingga menjadi orang dengan kepribadian yang percaya dirinya baik. Sebaliknya, anak yang tumbuh di keluarga yang sering merendahkannya membuat dirinya menjadi rendah diri. Bahkan, sekalipun sang anak meraih berbagai prestasi, dia tetap akan merasa rendah diri.
Tips membentuk Inner Child positif
Agar si Kecil memiliki Inner Child yang positif dan tumbuh bahagia, berikut ini beberapa tips yang bisa Moms lakukan saat mendidik si Kecil:
Akui setiap perasaan si Kecil
Selalu mengakui apa pun perasaan anak dapat membantunya mengenali jenis perasaan tersebut dan menentukan cara mengatasinya. Baik perasaan positif seperti senang, bangga, optimis, dan negatif seperti sedih, takut, dan malu tidak boleh diabaikan, ya, Moms!
Perlakuan Moms mengakui setiap perasaan si Kecil membantunya mengenali emosi dalam dirinya. Kemudian, dia akan tumbuh menjadi pribadi yang tahu apa yang dia inginkan. Jika perasaan seorang anak kerap diabaikan, dia memiliki kecenderungan untuk mengabaikan atau mengorbankan kebutuhan atau emosi diri sendiri demi memenuhi keinginan orang lain.
Bebaskan si Kecil mengembangkan kreativitasnya
Hal-hal kreatif yang dilakukan anak, sepanjang itu tidak berbahaya, tak perlu banyak disalahkan atau diarahkan. Tugas orang tua adalah mendampingi dan mengarahkan kreativitas anak supaya tetap positif. Misalnya, jika si Kecil ingin menggambar gajah dengan warna biru bukan abu-abu, biarkan saja.
Kreativitas anak yang dikekang mengakibatkan anak tumbuh dengan perasaan insecure akan kemampuannya. Sementara anak yang dibebaskan untuk kreatif sembari didampingi akan selalu aman karena percaya orang tua selalu mendukungnya. Si Kecil akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri sendiri dan orang tua.
Hadirlah selalu untuk si Kecil
Ketika sedang bersama si Kecil, pastikan selalu hadir dengan utuh. Jangan menemani si Kecil sambil sibuk bekerja atau bermain gadget. Anak-anak perlu didengarkan dan direspon agar kebutuhan emosionalnya terpenuhi. Si Kecil akan tumbuh merasa dicintai dan dihargai sehingga tidak akan mengalami luka pengabaian.
Berikan alasan ketika ingin melarang si Kecil berbuat sesuatu
Jika Moms sering berkata “jangan begini, jangan begitu, jangan lakukan itu,”
dsb., rasa penasaran si Kecil malah akan meningkat. Sebab, Moms melarang tanpa memberikan alasan yang kuat. Agar si Kecil patuh kepada perkataan Moms, gunakan kalimat positif atau biarkan saja si Kecil melakukan perbuatan tersebut (sepanjang itu aman) agar dia mengetahui konsekuensinya. Sehingga, di masa depan, dia tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Jangan memuji dengan cara membandingkannya dengan orang lain
Anak-anak memang seharusnya dipuji ketika melakukan hal baik. Afirmasi positif seperti ini hendaknya juga disampaikan dengan cara positif pula. Jadi, jangan memuji dengan cara membandingkan kemampuannya dengan orang lain! Sebab, ini bisa membuat sang anak tumbuh menjadi narsis di masa depan.
Jangan menghukum si Kecil di depan orang lain
Memberikan nasihat, marah, memaki, berteriak, bahkan memukul termasuk dalam menghukum anak di depan orang lain. Bukannya jera, si Kecil malah akan merasa malu karena kepercayaan dirinya dirusak orang tuanya sendiri di hadapan orang lain. Perlakuan seperti ini bisa menyebabkan si Kecil cemas, mengisolasi diri, takut meminta bantuan, dan tak mau disalahkan jika ada masalah.
Didik si Kecil dengan kasih sayang
Agar si Kecil bisa belajar mengatasi masalah dengan baik, didiklah si Kecil dengan kasih sayang. Sebab, dia belajar mengatasi masalah dengan mencontoh bagaimana caranya orang tuanya menghadapi kesulitan. Jika Moms mengekspresikan emosi negatif dengan marah, mengumpat, membentak, atau kekerasan fisik, anak bisa tumbuh berperilaku agresif.
Hindari perlakuan overprotektif dan permisif
Gaya parenting yang terlalu kaku dan sangat mengatur kehidupan anak dinamakan pola asuh overprotektif. Pola asuh tersebut membuat anak sulit keluar dari zona nyaman dan sulit beradaptasi dengan pengalaman baru.
Sementara itu, gaya parenting permisif membiarkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang seenaknya sendiri, alias egois, karena merasa berhak atas segala sesuatu.
Jangan membandingkan dan meremehkan si Kecil
Hargai usaha dan kerja keras si Kecil serta akui bakat yang dimilikinya agar dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan tidak terintimidasi. Misalnya, si Kecil memiliki di bidang non akademis. Banggalah dan dukung bakatnya agar bisa berkembang dengan baik. Jangan hanya fokus pada nilai akademis sehingga membandingkannya dengan anak lain yang pintar sains, misalnya.
Jangan berbohong kepada si Kecil
Inner Child yang terluka dapat berupa luka mengenai kepercayaan. Luka ini muncul biasanya karena sering dibohongi orang tua meskipun tujuannya baik. Anak yang menyadari bahwa dirinya telah dibohongi orang tua akan berkurang rasa percayanya kepada orang tuanya. Dia pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang sulit memercayai orang lain.
Yuk, didik anak dengan positif agar Inner Child-nya tidak terluka, sehingga dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik dan utuh!
Referensi: Mommies Daily, Parapuan 1, Parapuan 2, Parapuan 3
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments