Manufacturers

Suppliers

  • 120
  • 15
  • 160
  • 25
  • 400

Si Kecil Alami Pubertas Dini, Berbahayakah?

MY STORY  |  05 Jan '23


Seperti yang kita tahu, pengertian pubertas adalah perubahan tubuh seseorang dari anak menjadi dewasa. Pubertas yang normal biasanya terjadi mulai usia 10-11 tahun untuk anak perempuan dan usia 11-12 untuk anak laki-laki. Perkembangan sistem reproduksi sekunder tersebut diperkirakan berakhir pada usia 15-17 untuk perempuan dan usia sekitar 16-17 tahun untuk laki-laki.

Namun, ada beberapa kasus di mana anak perempuan dan laki-laki sudah menunjukkan tanda-tanda pubertas sebelum usia tersebut. Pubertas dini anak perempuan dapat terjadi ketika usianya belum mencapai 8 tahun, sedangkan pubertas dini (precocious puberty) pada laki-laki sebelum usia 9 tahun. Kondisi pubertas dini sebenarnya termasuk langka karena hanya terjadi pada satu dari 5000 anak.

Pubertas dini ataupun terlambat merupakan hal yang tidak perlu membuat Moms panik atau khawatir. Tak semua perubahan tubuh yang terjadi lebih awal merupakan tanda-tanda pubertas dini. Kondisi premature therarche yaitu pertumbuhan payudara dini dan premature pubarche atau pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak dini belum tentu menjadi tanda pasti dari pubertas dini.

Meskipun begitu, kondisi psikis anak-anak yang mengalami pubertas dinilah yang perlu mendapatkan perhatian lebih khusus. Sebab, harus diakui bahwa anak dengan pubertas dini tidak bisa disebut normal. Kemungkinan besar akan mendapatkan perlakukan berbeda di kehidupan sosialnya. 

Tanda pubertas dini

Muhammad Anas, dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surabaya menjelaskan bahwa pubertas dini dipicu oleh hormon gonadotropin (GnRH). Hormon ini merangsang produksi hormon testosteron pada anak laki-laki dan estrogen pada perempuan.

Tanda-tanda pubertas dini pada anak perempuan:

  • Payudara tumbuh

  • Muncul kotoran atau lendir berwarna kekuningan dari vagina

  • Menstruasi pertama lebih awal

  • Pinggul lebih lebar

  • Pinggang lebih ramping

  • Mengalami pertumbuhan pesat (growth spurt) sebelum usia 7 atau 8 tahun

  • Mudah tersinggung dan suasana hatinya berubah-ubah

Tanda-tanda pubertas dini pada anak laki-laki:

  • Suara lebih berat

  • Tumbuh kumis atau rambut tipis pada wajah

  • Mengalami ereksi secara spontan (mimpi basah)

  • Mulai memproduksi sperma

  • Testis dan penis membesar

Tanda-tanda pubertas dini pada anak perempuan maupun laki-laki:

  • Muncul jerawat di wajah

  • Pertumbuhan tinggi badan menjadi lebih pesat

  • Bau badan berubah menjadi seperti bau badan orang dewasa

Berikut ini adalah faktor yang dapat memicu pubertas dini

Menurut Mayo Clinic sebagaimana dikutip oleh Hello Sehat, pubertas dini dapat dipicu dari dua faktor yaitu sentral dan perifer

Faktor penyebab Pubertas Prekoks Sentral

Pubertas dini yang satu ini melibatkan otak sebagai pemicu organ reproduksi supaya menghasilkan hormon seksual. Penyebab utamanya adalah gangguan pada sistem saraf pusat, seperti:

  • Pengobatan radioterapi pada kepala atau tulang belakang

  • Luka pada otak atau tulang belakang

  • Cacat pada otak kongenital misalnya tumor non-kanker atau hydrocephalus

  • Tumor pada otak atau saraf tulang belakang

  • Gangguan hipotiroid alias kelenjar tiroid kurang menghasilkan hormon

  • Kelainan genetik yang menyebabkan gangguan produksi hormon dan kelenjar adrenal (Congenital adrenal hyperplasia)

  • Kelainan genetik yang memengaruhi warna tulang dan kulit, serta memicu gangguan hormon (Sindrom McCune-Albright)

Faktor penyebab Pubertas Prekoks Perifer

Penyebabnya tidak melibatkan sistem saraf pusat tetapi gangguan hormonal dan organ reproduksi, misalnya:

  • Sindrom McCune-Albright

  • Tumor pada kelenjar adrenal

  • Kista dan tumor pada ovarium

  • Paparan hormon estrogen dan testosteron dari obat-obatan

  • Tumor pada sel dari organ penghasil sperma atau hormon testosteron

  • Mutasi genetik pada kelenjar gonad bayi laki-laki yang membuat testosterone mulai diproduksi usia 1-4 tahun

Salah satu faktor penyebab terjadinya pubertas dini adalah obesitas. Selain itu, juga karena mengonsumsi obat-obatan yang mengandung hormon seks.

Cara mengatasi anak pubertas dini

Segera mengonsultasikan ke dokter apabila muncul tanda-tanda pubertas dini

Jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda pubertas dini waktu usianya 7-9 tahun atau lebih muda, segera periksakan ke dokter. Pemeriksaan dan evaluasi dokter terhadap kondisi si Kecil akan dilakukan untuk memastikan penyebab pubertas dini.

Pemeriksaan yang dilakukan termasuk pemeriksaan fisik, tes darah, dan tes air kencing. Hasil tes dimaksudkan untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh si Kecil. Kemudian, stimulasi hormon GnRH akan dilakukan untuk mencari tahu jenis pubertas dini yang dialaminya. Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah si Kecil lalu menyuntik si Kecil dengan hormon GnRH.

Mendapatkan terapi analog GnRH

Terapi analog GnRH dilakukan jika pubertas dini tidak disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu. Dokter endokrin melakukan terapi analog GnRH dengan cara memberikan suntikan untuk menghambat perkembangan tubuh si Kecil yang mengalami pubertas dini. Suntikan penghambat ini diberikan setiap bulan sampai dengan usia pubertas normal. Setelah suntikan dihentikan, ada jeda waktu sekitar 16 bulan sebelum proses pubertas kembali berlangsung.

Mendampingi si Kecil agar tidak mengalami depresi

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pubertas dini dapat membuat si Kecil merasa berbeda dan mendapatkan perlakuan negatif dari teman-temannya. Ini bisa membuatnya malu, tidak percaya diri, dan stres. Kembalikan kepercayaan dirinya agar dia tidak terpuruk di jurang depresi.

Komunikasikan dengan guru untuk mengenali tanda-tanda depresi atau menarik diri dari lingkungan sekolah. Alihkan perhatiannya dengan aktivitas rutin positif seperti olahraga.

Yyakinkan bahwa teman-teman si Kecil suatu saat akan mengalami hal-hal seperti yang dialaminya sekarang. Hanya saja, bedanya, si Kecil merasakan perubahan tubuh tersebut lebih cepat daripada teman-temannya.

Moms juga dapat membeli buku tentang pubertas. Kemudian, luangkan waktu membaca buku pubertas tersebut bersama si Kecil. Buatlah si Kecil nyaman menceritakan keluh kesahnya. Momen ini bisa menjadi saat menjalin bonding.

Menerapkan pola hidup sehat

Pedoman Gizi Seimbang dapat menjadi starting point yang baik bagi Moms untuk menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari slogan “Empat Sehat Lima Sempurna” yang populer itu. Dengan pedoman ini, Moms tidak hanya perlu aware dengan pola makan tetapi juga aktivitas dan kesehatan psikis.

Sepuluh Pedoman Gizi Seimbang yaitu:

  • Mengonsumsi aneka ragam makanan pokok, bukan hanya satu jenis

  • Membatasi memakan makanan asin, manis, dan berlemak

  • Melakukan aktivitas fisik cukup & memertahankan berat badan ideal

  • Membiasakan makan lauk pauk dengan protein tinggi

  • Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dengan air mengalir

  • Membiasakan sarapan pagi

  • Membiasakan minum air putih yang cukup dan aman

  • Membiasakan membaca label pada kemasan pangan

  • Mensyukuri dan menikmati aneka ragam makanan yang telah dikonsumsi

Mengingat bahwa si Kecil masih anak-anak

Moms harus ingat bahwa meski tubuh si Kecil sudah mengalami perkembangan, dia tetaplah sebagai seorang anak. Jangan lantas Moms berharap atau menganggap si Kecil bisa bertindak seperti orang dewasa.

Cara mencegah pubertas dini

Beberapa faktor pendorong pubertas dini tidak dapat dicegah, salah satunya karena kelainan genetik. Namun, pubertas dini karena obesitas dapat dicegah. Caranya, berikan makanan sehat dan dorong si Kecil untuk tumbuh menjadi anak yang aktif. Jadwalkan untuk olahraga rutin sehingga badannya sehat dan beratnya ideal.

Kiat lainnya yaitu selalu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ketika akan memberikan obat-obatan apa pun. Sebab, obat khususnya berbentuk krim dan obat dengan komposisi hormon dapat meningkatkan risiko pubertas dini.

Kesimpulannya, pubertas dini biasanya tidak berbahaya. Namun, pubertas dini dapat menjadi tanda dari gejala penyakit berbahaya. Maka dari itu, segera konsultasikan dengan dokter jika si Kecil mengalami gejala pubertas dini.

Referensi: Alo Dokter, Dinkes Banyuasin, Hello Sehat, Kemkes RI, UM Surabaya

Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!

2162 Babyologist Indonesia

Comments

LATEST POSTS

Tips Ajarkan Anak Berbagi dan Berempati

Bagaimana caranya agar anak senang berbagi?

Atasi Obesitas pada Anak, Kenali Gejala dan Komplikasinya

Obesitas anak adalah kondisi anak yang memiliki berat badan di atas berat badan yang sehat untuk usia dan tinggi badannya.

Tips Cegah Keguguran, Salah Satunya Kurangi Minum Kopi

Penyebab keguguran memang sebagian besar di luar kendali Ibu. Meskipun begitu, Moms perlu tahu tips mencegah keguguran yang dapat mengurangi [...]

Peringati Hari Kanker Anak Sedunia 2023, Yuk Kenali Gejalanya!

Tahun ini, Hari Kanker Anak Sedunia bertemakan ‘Better Survival’ is achievable #ThroughTheirHands.

Tanda-tanda Overparenting, Apakah Moms Termasuk?

Membesarkan anak tak hanya soal memberikan nutrisi dan pendidikan formal terbaik. Mengasuh anak dengan tepat juga merupakan tugas dan kewajiban [...]

Dampak Perselingkuhan Terhadap Kondisi Emosional Anak

Tak hanya berdampak negatif pada pasangan, hadirnya orang ketiga dalam sebuah pernikahan juga sangat mempengaruhi kondisi emosional anak.

Ngerasa PakSu Kurang Turut Andil dalam Mengasuh si Kecil? Ternyata Ini Sebabnya

Pernah ngerasa begini, gak, Moms? Apakah karena PakSu bekerja jadi secapek itu sampai nggak mau ngurus anak?

Pentingnya Dukungan Kerabat Terdekat untuk Moms yang Keguguran

Keguguran saat bayi masih dalam kandungan atau selama proses persalinan dapat membuat orang tua, terutama Ibu, merasa amat sangat kesepian. [...]

10 Hal Yang Bisa Dilakukan Keluarga untuk Dukung Postpartum Moms

Sebagai keluarga, Anda dapat mendukung secara emosional seorang Ibu melalui hal-hal berikut:

5 Mainan Penghilang Stres Bantu Si Kecil Kendalikan Emosi

Sama seperti orang dewasa, anak-anak dapat dibimbing untuk menemukan cara mengelola stres dengan sehat. Salah satunya, dengan menyalurkan energi [...]

Tips Memilih Hotel untuk Anak

Satu hal yang perlu diperhatikan saat merancang Staycation adalah memilih hotel yang tepat. Hotel tersebut harus dapat mengakomodasi kebutuhan [...]

Daftar Baby Carrier Terbaik untuk Temani JJS Akhir Tahun

Baby carrier apa yang bagus? Yuk, kita simak beberapa rekomendasi Minbyo berikut ini!

Tips Staycation Bersama Toddler

Supaya liburan bersama toddler semakin nyaman saat staycation, yuk, simak beberapa tips berikut!

Selamat Hari Ibu 2022, Babyo Moms!

Sebagai seorang Ibu, tentunya Moms juga ingin tahu asal muasal mengapa ada Hari Ibu, siapa pemrakarsanya di Indonesia, dan lain sebagainya. Yuk, [...]

Tips Agar Si Kecil Tidak Mabuk Perjalanan

Mabuk perjalanan adalah salah satu jenis motion sickness. Kondisi ini terjadi karena otak menerima informasi yang bertentangan dari telinga [...]

Babyo Awards 2022 Hadir Lagi, Siapa Saja Nominee-nya?

Tentang Babyo Awards 2022 Babyologist kembali mempersembahkan Babyo Awards 2022, sebuah ajang apresiasi kepada Moms yang selalu berkenan [...]

Daftar Diaper Bag untuk Travelling yang Praktis dan Stylish Buat Moms

Yuk, simak daftar rekomendasi diaper bag yang bagus dari Babyologist berikut ini. Siapa tahu bisa jadi inspirasi barang yang hendak Moms check [...]

Akhir Tahun di Rumah Aja? Agendakan Nonton Bareng Film Anak Berikut!

Moms tetap harus pintar-pintar memilah milih judul film yang cocok dengan usia si Kecil. Jangan sampai film yang Moms pilih terlalu rumit untuk [...]

Daftar Film Drakor Buat Tontonan Akhir Tahun Moms

Bingung memilih mau nonton Drakor yang mana dulu? Cek rekomendasi Minbyo di bawah ini!

10 Tips Memertahankan Kedamaian dan Keharmonisan Keluarga

Kedamaian dan keharmonisan merupakan dua nilai yang membuat ikatan keluarga kuat dan ideal. Karena dengan begitu, kesejahteraan anggota keluarga [...]