Waktu setelah melahirkan, banyak teman bahkan dokter yang bertanya, "Kok bayinya kecil, bu?"
Saya sendiri terkejut saat tahu Celine lahir dengan berat 2,4 kg padahal full term 39 weeks 3 days, dan saya rutin USG. Seminggu sebelum sampai, detik-detik mau persalinan pun saya rutin USG bahkan di Rumah Sakit yang berbeda-beda, dan hasilnya berat Celine selalu sudah di atas 3 kg menurut mesin USG. Saya pun USG dari yang 2D sampai 4D.
Ternyata, estimasi berat badan bayi melalui USG memiliki margin of error sebesar 15%, yang artinya berat badan bayi saat lahir bisa lebih atau kurang 15% dari hasil USG.
Mengapa Demikian?
Menurut ahli teknik kimia, Sam McCulloch, sampai saat ini belum ada teknik untuk mengukur berat badan janin secara langsung. Pengukuran berat janin yang kini dilakukan adalah dengan terlebih dahulu mengukur:
- HC (Head circumference) : Lingkar kepala bayi.
- BPD (Biparietal diameter): jarak pelipis kiri-kanan bayi. Umumnya kurang akurat untuk mengukur berat bayi, karena bayi dengan berat sama, bisa memiliki jarak pelipis yang berbeda.
- AC (Abdominal circumference) : lingkar perut. Biasanya lebih akurat untuk mengukur berat bayi
- FL (Length of the femur) : panjang tulang paha bayi. Kurang akurat karena tergantung proporsi badan bayi.
Setelah skala di atas tadi diukur, lalu dimasukkan ke rumus dan dikonversi ke ukuran berat badan bayi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran adalah letak plasenta, posisi bayi dan jumlah air ketuban. Selain itu, keahlian dokter juga berpengaruh.
Sam mengatakan bahwa hasil USG paling akurat di separuh awal masa kehamilan. Semakin mendekati due date, semakin besar ukuran bayi sehingga semakin sulit diukur melalui USG.
Semoga bermanfaat.
By: Kristiani Chen.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments