Proses mengandung, melahirkan dan membesarkan buah hati tidak hanya menjadi tugas ibu. Campur tangan ayah harus ada di setiap proses tumbuh kembang buah hati kita. Ayah pun akan secara alamiah dan nalurinya akan bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Percayalah, setiap laki-laki adalah calon Ayah terbaik, tergantung dari bagaimana orangtuanya mendidiknya.
Figur Ayah akan selalu beriringan dengan proses anak bertumbuh dan berkembang, dari masih dalam kandungan hingga dewasa nanti. Ayah dan Ibu pun juga harus intens berkomunikasi akan tugas yang akan terus dijalani saat proses membesarkan buah hati. Misalnya, saya dan suami membagi tugas untuk kebutuhan anak-anak kami, saya tugasnya membeli bahan-bahan makanan dan suami urusan popok dan susu. Tapi tugas tersebut fleksibel, jika saya ada rejeki lebih maka saya yang beli popok dan susu.
Saya dan suami saling mengingatkan satu sama lain terhadap pola mendidik anak kami. Di luar rumah saat keluar makan atau nonton berdua atau saat anak-anak sudah tidur, kami banyak berdiskusi, sehingga ketika diterapkan pada anak-anak kami sudah satu suara dalam mendidik mereka. Saya sering mengingatkan suami agar ia lebih sering berinteraksi dengan anak-anak dan mengesampingkan gadget terlebih dahulu. Apalagi kami punya dua anak laki-laki yang suatu saat mereka juga akan menjadi seorang ayah. Secara tidak langsung kami sedang mendidik calon ayah. Anak laki-laki akan selalu melihat contoh ayahnya. Pola didikan ayah akan sangat berdampak di masa depannya ketika tiba waktunya mereka menjalani tugas sebagai orang tua.
Saya selalu memberikan ruang pada anak-anak untuk dekat dengan ayahnya, karena itu yang mereka butuhkan dan agar terbiasa hingga mereka siap menjalani kehidupannya masing-masing. Salah satu peran ayah adalah mengajarkan mental health kepada anak. Karena anak akan mengalami fase-fase yang mungkin sulit dalam kehidupannya, sehingga mengajarkan pentingnya mental health pada anak sejak dini sangat disarankan. Secara sederhana pengenalan mental health dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Mengenal macam-macam emosi dan biasakan anak kita mengenalnya dan mengeluarkan perasaannya. Misalnya menggambarkan bentuk-bentuk ekspresi agar anak tahu jenis-jenisnya.
2. Memberikan contoh yang baik dengan mengesampingkan smartphone dan gadget lainnya. Selalu bertanya apa yang dirasakan anak setiap harinya, entah itu perasaan sedih, gembira, kecewa dan sebagainya.
3. Berbahasa yang baik, misalnya mengganti kata 'Jangan' dengan kata positif yang langsung mewakili perasaan dan alasannya.
4. Mengajak berteman dengan alam, olahraga atau musik yang bisa mengurangi emosinya. Misalnya dengan berolahraga selain menjadi sehat, bisa mengatur pernafasan, dan berdampak pada supply oksigen ke otak sehingga nanti anak akan terbiasa berpikir jernih dan tenang serta mengatur emosinya.
5. Ayah bisa memperkenalkan anak untuk mengenali emosi dengan menggambar atau menulis cerita jika anak-anak nantinya sudah bisa menulis.
Sehingga, ketika ayah telah mengajarkan hal-hal ini dalam keseharian anak-anak maka secara tidak langsung anak-anak pun akan dekat dengan ayahnya, dan selalu ingat sosok atau figur ayahnya sangat kuat dalam pembentukan karakternya yang akan dibawa hingga dewasa nanti.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments