Manufacturers

Suppliers

  • 120
  • 15
  • 160
  • 25
  • 400

Perbaiki Kualitas Udara untuk Cegah Panic Attack Selama Pandemi

BRANDS  |  HEALTH TIPS  |  MOM STYLE  |  MY STORY  |  07 Oct '20


Virus Corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, telah menggegerkan dunia. Saking banyaknya orang yang terinfeksi virus ini, dunia dinyatakan pandemi Covid-19. Tidak hanya berdampak pada kesehatan, virus ini juga melumpuhkan perekonomian dan pemerintahan seluruh dunia. 

Ketakutan, kegelisahan, dan stres merupakan respons normal dari pandemi Covid-19 ini. Bagaimana tidak, virus ini membawa perubahan signifikan pada kehidupan sehari-hari kita. Untuk mencegah penyebaran virus, kita diminta untuk membatasi kegiatan di luar rumah. Bahkan, beberapa daerah tertentu di Indonesia melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Dihadapkan dengan realitas baru seperti belajar dan bekerja dari rumah, menjadi pengangguran untuk sementara waktu, hingga keterbatasan kontak fisik dengan keluarga, teman, dan rekan kerja, sangat penting untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun mental. Sangat mungkin kita tidak menyadari bahwa gejala-gejala panic attack seperti sesak napas, nyeri dada, hingga takut akan kematian karena pikiran kita dikondisikan untuk mengaitkan gejala-gejala tersebut dengan Covid-19. Memang, gejala-gejala tersebut juga dapat ditemui pada pasien yang terkena virus Corona. Akan tetapi, gejala serangan panik memiliki beberapa keunikan sebagai berikut:

1. Panic attack bisa dialami seseorang sesekali dalam seumur hidup. Serangannya menghilang ketika situasi pemicunya sudah hilang. Namun, apabila ini terjadi berulang dan dalam jangka waktu lama, kondisi tersebut disebut panic disorder.

2. Panic attack dapat berlangsung selama 5 hingga 10 menit tetapi juga bisa terjadi secara berkesinambungan dalam waktu 2 jam.

3. Penderita akan mengalami kelelahan setelah terkena panic attack. Penderita juga akan merasa takut kondisi tersebut menyerangnya kembali sehingga dia akan berusaha menghindari pemicu panic attack.

4. Gejala-gejalanya antara lain keringat berlebihan, gelisah, berpikir irasional, mulut terasa kering, otot tegang, merasa sangat takut, detak jantung meningkat, sesak napas, gemetar, kram perut, mual, nyeri dada, pusing, dan pingsan.

WHO dan Lembaga Konseling Online Kalm menyarankan beberapa cara untuk mengurangi stres dan meningkatkan kebugaran, yang akan mengurangi risiko terkena panic attack, di antaranya:

1. Ambil napas pelan-pelan melalui hidung dan mengembuskannya secara perlahan. Ini akan memberikan sinyal  kepada otak untuk mengistirahatkan tubuh. Kenali perasaan dan apa yang sedang Moms pikirkan. Namun, jangan menanggapi atau bereaksi terhadap perasaan dan pikiran tersebut. Cukup akui saja dan lepaskan perasaan dan pikiran tersebut.

2. Cari hal-hal yang efektif menurunkan emosi negatif dan memicu emosi positif. Tidak perlu menunggu sampai emosi negatif muncul untuk melakukan hal-hal positif dan menyenangkan seperti melukis, mendengarkan musik, membaca buku, dsb.

3. Jaga komunikasi dengan orang terdekat seperti pasangan, keluarga, sahabat, dan rekan kerja. Ungkapkan perasaan Moms dan sampaikan apa saja yang sedang mengganggu pikiran Moms kepada orang-orang yang Moms percaya dapat membantu.

4. Jaga rutinitas yang sehat seperti bangun dan tidur pada waktu yang sama setiap harinya, menjaga kebersihan diri, makan makanan bernutrisi dan waktu yang teratur, berolahraga ringan secara teratur, menyisihkan waktu untuk hobi, membagi waktu bekerja dan beristirahat, serta beristirahat secara teratur dari aktivitas yang berkaitan dengan layar (bekerja di depan komputer, mengecek sosial media, bermain video game, dsb.).

5. Jangan bergantung pada alkohol dan obat-obatan untuk mengatasi kegelisahan, kebosanan, ketakutan, dan isolasi sosial.

6. Tanggapi berita tentang Coronavirus dengan bijak. Tidak semua berita itu benar. Hanya akses dan konsumsi berita dari sumber resmi dan terpercaya. Bersikaplah kritis dalam menyerap informasi, jangan hanya membaca judulnya saja. Batasi frekuensi dan durasi berita tentang Coronavirus. Hindari mengakses informasi tentang Covid-19 sama sekali apabila sedang diliputi emosi negatif.

7. Bagikan berita positif dan kisah inspiratif. Sesekali, alihkan perhatian dengan mengonsumsi konten humor yang dapat membuat tertawa.

8. Cari bantuan tenaga profesional jika dibutuhkan. Pastikan Moms tahu kontak petugas kesehatan lokal dan pihak-pihak yang dapat membantu.

Selain langkah-langkah tersebut di atas, memastikan udara yang beredar di lingkungan rumah tetap bersih sangat membantu Moms dan keluarga menghindari stres yang bisa berujung pada serangan panik. Udara yang kotor dan bau juga rentan menjadi sumber penularan penyakit, termasuk penyakit pernapasan. Karena itulah, pasang air purifier di rumah Moms. Tidak sembarang air purifier efektif menangkap polutan dan membunuh kuman penyakit, lho, Moms. Lantas, kriteria apa saja yang harus dimiliki air purifier agar efektif menjaga kualitas udara?

1. Filter HEPA 13

Filter HEPA 13 mampu memurnikan udara hingga 99,97% dan menangkap polutan berukuran kecil (0,3 mikron) seperti debu, jamur, serbuk sari, tungau, spora, bulu hewan, hingga virus dan bakteri.

2. Sinar ultraviolet

Sinar UV-C germicidal internal yang dipasang di air purifier dapat mensterilkan udara dari kuman penyakit, bakteri, virus, dan alergen lain.

3. Clean Air Delivery Rate (CADR)

Pastikan nilai CADR air purifier pilihan Moms sesuai dengan luas area sehingga air purifier dapat efektif membersihkan udara kotor di ruangan.

4. Multiple fan speed option

Fitur tersebut berguna untuk menyesuaikan kecepatan kipas agar nyaman bagi Moms dan keluarga.

5. Timer dan sleep mode

Air purifier yang memiliki kedua fitur tersebut dapat nyala dan mati secara otomatis sehingga Moms tidak repot mematikannya secara manual setelah dinyalakan sepanjang hari.

6. Ambient night light

Dengan adanya lampu malam, suasana relaks dan hangat dapat tercipta. Ini tentu membantu Moms dan keluarga mengurangi stres dan bisa tidur lebih nyenyak.

7. Daya listrik rendah

Air purifier yang beroperasi dengan daya listrik rendah tentunya akan menghemat pengeluaran bulanan rumah tangga.

Dalam situasi pandemi seperti ini, hal terbaik yang bisa Moms lakukan adalah menjaga kesehatan fisik agar tidak mudah sakit dan kesehatan mental agar tidak terpengaruh secara negatif oleh keadaan. Tingkatkan kesadaran diri untuk segera mengatasi gejala yang muncul sebelum bertambah buruk. 

Referensi: Alodokter, Kalm, Scielo, WHO

Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!

717 Drew Indonesia

Comments

Related Stories

LATEST POSTS

Apa Bedanya Stres, Gangguan Kecemasan, dan Depresi? Bagaimana Cara Mengatasinya?

Jauh sebelum pandemi COVID-19, tantangan dalam kehidupan seperti beban pekerjaan, konflik hubungan