Menjadi seorang ibu yang menyusui dengan proses DBF (Direct Breastfeeding), pastinya akan menghadapi proses menyapih. Proses yang selama ini terpikirnya hanya akan berat dilalui oleh anak, tapi ternyata pengalaman saya menunjukan sebaliknya.
Pernah suatu kali ditanya "Mau menyusui sampai anak usia berapa?". Pikir saya saat itu, selama ASI masih tersedia, mungkin akan sampai usia 2 tahun. Tapi ternyata, secara mendadak saya putuskan menyapih di usia 1 tahun 7 bulan. Hanya dengan pengetahuan seadanya mengenai 'Bagaimana cara menyapih anak ?' yang selama ini saya baca di internet dan melalui sharing teman-teman. Saya merasa cukup yakin.
Hari pertama saya lalui dengan cukup mulus. Sempat berfikir 'seandainya Feeci rewel sekali, ya sudah dibatalkan saja', tapi sangat gak menyangka Feeci bisa kuat tanpa susu selama satu harian, tanpa terlalu rewel. Dengan begitu, saya semakin yakin untuk melanjutkan hari ke dua.
Hari kedua dilalui juga dengan mulus, Feeci bisa sampai tidur malam tanpa susu. Seharusnya di situ saya merasa senang, tapi ternyata di hari ke dua ini lah emosi saya mulai terusik. Saya menangis, mengeluarkan segala emosi saya kepada suami, rasanya saya belum siap! Belum siap harus kehilangan moment mengASIhi!
Katanya 'Menyapihlah di saat Ibu dan Anak sudah merasa siap', tapi saya rasa tidak akan ada kata siap. Setiap tangisannya ketika meminta susu, dan saya harus berusaha mengalihkan perhatiannya dengan menggendongnya terus, atau di saat saya harus jelaskan bahwa "Susu Feeci sudah habis", di situlah saya menahan tangis dan baru bisa meluapkannya di kamar mandi atau di malam hari ketika Feeci sudah tertidur pulas.
8 hari pertama dilalui dengan sangat berat, namun akhirnya membuahkan hasil. Namun perjalanan itu tidak akan pernah saya lupakan. Salah satu perjalanan hidup yang berat untuk dilalui. Moment MengASIhi begitu indah, sampai saya tidak kuat untuk kehilangan moment itu. Saya merasa sangat beruntung bisa merasakan moment itu, dan sangat menyesal ketika kembali memikirkan ada masa di mana saya merasa kelelahan dan tidak jarang menjadi emosi ketika harus terus menerus memberi ASI setiap 2 jam sekali, dsb.
Proses ini bukan hanya berat untuk anak, tapi juga Ibu. Beberapa hal yang mungkin bisa disiapkan oleh Ibu sebelum melalui proses sapih, yaitu:
1. Yakinkan diri bahwa yang dilakukan ini adalah untuk kebaikan bersama.
2. Sepakat bersama suami untuk menjadi suami siaga, yang siap mengalihkan anak di saat ibu sudah tidak kuat.
3. Proses mengASIhi dimulai dengan indah, di jalani dengan indah, maka akhirilah dengan indah. Biarkan anak menyimpan memori yang indah bersama Ibu ketika menyusui. Karena itu adalah comfort zone-nya selama ini. Berikan pengertian, bukan paksaan.
Menangislah, jika semua di rasa terlalu berat. Karena pada dasarnya, berat untuk kehilangan hal yang begitu indah. At the end of the day, we are all still human.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments