Saat hamil, seorang Ibu benaknya selalu diliputi dengan pertanyaan dan imajinasi. Dari pertanyaan hal apa saja yang harus dipersiapkan ketika si Kecil sudah lahir hingga bagaimana wajah si Kecil nantinya. Semuanya masih berupa misteri karena sang bayi masih berada di dalam perut. Imajinasi-imajinasi yang muncul inilah yang menyebabkan banyaknya mitos kehamilan muncul di masyarakat.
Nah, salah satu mitos yang paling populer mengenai kehamilan adalah mitos bahwa janin bisa mendengarkan suara dari dalam perut. Itulah sebabnya ada anjuran untuk bagi Ibu untuk sering mendengarkan musik klasik atau lantunan ayat suci Al-Quran bagi bumil Muslimah. Sang ibu dan keluarga juga dilarang membicarakan hal-hal tidak baik agar janin tidak tumbuh menjadi orang yang suka menggosip, ibu tidak boleh pergi menonton konser musik, dan sebagainya. Lantas, apakah mitos tersebut benar adanya? Adakah penjelasan ilmiah yang bisa membuktikan bahwa janin memang sudah bisa mendengar sejak usia kandungan muda? Yuk, Moms, mari kita cari tahu fakta-faktanya!
Berapa usia janin bisa mendengarkan suara?
Telinga bayi mulai berkembang sepanjang trimester pertama dan kedua. Dalam masa ini, telinga bagian dalam dan tulang kecil di telinga tengah terbentuk. Telinga bagian dalam terhubung dengan neuron di otak yang bertanggung jawab untuk memproses suara, sedangkan tulang kecil di telinga tengah bertugas merasakan getaran gelombang suara.
Pada usia kehamilan 24 minggu, perkembangan koklea dan ujung sensorik perifer organ janin sudah berkembang sempurna. Hal ini diketahui dari pengamatan ultrasonografi respons kedip-kejut yang menunjukkan tanda-tanda pertama kali pada usia kehamilan 24-25 minggu. Lalu, pada usia janin lebih dari 28 minggu, respons ini secara konsisten muncul, yang menunjukkan pematangan jalur pendengaran sistem saraf pusat. Jadi, mitos janin bisa mendengar adalah benar adanya alias fakta ketika usia kandungan sudah 24 minggu lebih.
Perlu Moms ketahui, ambang pendengaran janin usia 27-29 minggu adalah sekitar 40 dB dan menurun ke tingkat hampir dewasa (13,5 dB) pada usia kehamilan 42 minggu. Lingkungan uterus menjadi tempat yang baik untuk mentransmisikan suara pula. Jadi, janin sudah bisa terpapar kebisingan mulai usia tersebut. Tidak hanya itu, suara digunakan pula sebagai stimulus untuk mengecek kesejahteraan janin.
Apa yang terjadi jika janin terekspos suara keras?
Dalam sebuah studi yang menguji anak usia 4 hingga 10 tahun yang memiliki keluhan gangguan pendengaran frekuensi tinggi, ditemukan bahwa mereka lebih mungkin lahir dari ibu yang terpapar kebisingan di kisaran 85-95 dB secara konsisten selama hamil.
Dalam penelitian lain dari China, ibu hamil yang terekspos kebisingan selama hamil trimester pertama dikaitkan dengan kasus congestive anomalies (cacat lahir) pada bayi.
Empat studi terkait topik serupa ini menyimpulkan bahwa risiko kehamilan prematur meningkat pada ibu hamil yang terekspos suara dengan frekuensi setidaknya 80 dB selama 8 jam per hari. Bahkan, bumil yang terus menerus terpapar suara keras, lebih tinggi dariapada 90 dB, dapat berisiko lebih tinggi keguguran.
Bagaimana cara meminimalkan dampak suara bising saat Moms hamil?
Suara bising adalah salah satu faktor pengganggu kehamilan. Oleh karena itu, Moms harus mengusahakan diri supaya terhindar dari kebisingan tersebut. Lakukan langkah-langkah preventif berikut ini untuk menurunkan risiko suara bising sehingga tidak memberikan efek negatif terhadap kehamilan:
Hindarilah tempat bising
Selama hamil, stop datang ke tempat-tempat yang berpotensi mendatangkan kerumunan dan kebisingan seperti pawai, acara pameran, konser musik, bioskop, dan semacamnya. Semua orang mempunyai tingkat toleransi akan kebisingan yang berbeda-beda. Jadi, hanya Moms yang bisa menilai tempat-tempat mana saja yang “aman” untuk kesehatan telinga Moms dan janin.
Jauhi sumber kebisingan
Meski sudah berusaha menghindari tempat ramai, ada kalanya terjadi suatu hal yang mengakibatkan kebisingan. Misalnya saja, tetangga sedang merenovasi rumah, ada acara hajatan di depan rumah, atau suara pembangunan jalan. Jika sudah demikian, Moms bisa mempertimbangkan untuk “mengungsi” ke tempat yang lebih tenang. Beberapa tempat umum yang bisa dijadikan pertimbangan adalah taman kota, perpustakaan, dan toko buku.
Pakailah pelindung telinga
Jika karena kondisi Moms tidak bisa meninggalkan tempat bising untuk menuju ke tempat yang lebih tenang, setidaknya gunakan pelindung telinga atau peredam kedap suara telinga. Selain dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, paparan suara bising berisiko membuat Moms stres. Pelindung telinga dapat membantu meringankan ketidaknyamanan tersebut.
Suara apa saja yang bisa didengar janin?
Denyse Kirkby selaku pakar kebidanan mengatakan bahwa suara yang didengarkan bayi dalam kandungan ditransmisikan oleh cairan ketuban. Getaran suara yang melewati cairan ketuban memungkinkan si Kecil mampu mendengar suara yang berasal dari luar perut Moms.
Meski ketika usia kandungan sudah mendekati HPL sehingga telinga bayi sudah berkembang sempurna, suara yang didengar dari dalam rahim akan teredam. Cairan ketuban yang mengelilingi tubuh bayi ditambah lapisan tubuh dan kantung ketubannya menjadi peredam suara alami. Inilah yang menyebabkan suara yang didengar bayi dalam kandungan tidak sama dengan suara yang didengar manusia pada umumnya.
Janin yang cukup umur sudah memiliki kemampuan mendengar yang sangat baik sehingga tak jadi masalah apakah janin bisa mendengarkan suara dari headset – karena memang Moms tidak perlu menaruh headset pada perut jika ingin si Kecil mendengarkan lantunan musik di dalamnya. Justru, menaruh headset pada perut bisa mengganggu si Kecil karena getaran suaranya lebih keras. Berikut ini suara-suara yang bisa si Kecil dengar dari dalam perut:
Janin mendengar suara organ tubuh Moms
Suara detak jantung, suara darah mengalir, dan suara perut Moms dapat si Kecil dengar dengan jelas, lho. Hal ini karena suara tersebut dekat sekali dengan tubuh si Kecil.
Janin mendengar suara USG saat pemeriksaan kehamilan
Si Kecil dapat merasakan pemeriksaan ultrasonografi yang sedang Moms jalani di klinik atau rumah sakit. Pasalnya, pemeriksaan USG juga menciptakan suara keras di rahim. Si Kecil di dalam kandungan akan merasakan dan mendengarkan getaran suara yang digambarkan seperti suara kereta bawah tanah saat melewati stasiun. Hal ini mendasari pendapat para ahli yang meyakini bahwa bumil tak perlu sering-sering melakukan USG. Ketika melakukan USG pun, dokter aka mengarahkan alat USG jauh dari telinga janin.
Janin bisa mendengar suara ibunya
Penelitian mengungkap bahwa suara ibu adalah salah satu suara yang paling disukai bayi dalam kandungan. Hal tersebut ditunjukkan dengan detak jantung janin yang melambat ketika ibunya sedang berbicara. Dari situ, disimpulkan bahwa suara Moms mempunyai efek menenangkan pada janin. Tak sekadar dapat mendengar suara ibu, bayi juga sudah bisa mengenali dan merasakan rasa nyaman ketika mendengarkannya. Bayi dalam kandungan memang belum bisa merespons balik apa yang Moms katakan. Meski begitu, dia sudah dapat menyimpan memori suara Moms yang dia dengarkan selama dalam kandungan. Oleh sebab itu, sering-seringlah mengajak berbicara si Kecil sejak dalam kandungan, ya, Moms!
Janin mendengar suara ayah
Selain dapat mendengarkan suara ibunya, janin juga sudah dapat bahkan senang mendengar suara dengan frekuensi rendah seperti suara ayahnya. Dads dapat rutin berbicara dengan si Kecil dengan mendekatkan diri ke perut Moms supaya si Kecil lebih mudah mengenali suara Dads. Sebuah studi menarik tentang bayi prematur, yang cenderung memiliki perkembangan pendengaran yang sama seperti janin pada tahap akhir kehamilan, menunjukkan bahwa mereka lebih memperhatikan suara bernada rendah daripada suara bernada tinggi.
Karena bayi dalam kandungan sudah dapat mengingat dan mengenali suara yang berbeda, Dads bisa mulai membangun ikatan dengan si Kecil sebelum dia lahir. Jadi, Moms, sering-seringlah bercakap-cakap membicarakan hobi, minat, dan kejadian sehari-hari sehingga Dads juga lebih terlibat dalam kehamilan. Meski si Kecil belum mengerti atau bisa menanggapi, setidaknya, dia sudah mengenali keluarganya.
Janin mendengar suara keras
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, janin dapat mendengarkan suara yang keras. Itulah alasannya mengapa Moms harus menghindar dari kerumunan dan kebisingan terutama dalam waktu yang lama.
Janin juga bisa kaget, lho, Moms! Janin di atas usia 9 minggu, kata dr Hari Nugroho SpOG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Soetomo Surabaya, bisa kaget karena ibunya bersin atau mendengar suara keras di lingkungan sekitarnya. Reaksi janin ketika kaget bisa berupa gerakan langsung, misalnya menendang-nendang perut ibunya.
Janin bisa mendengarkan suara musik
Suara organ tubuh Moms, suara ayah, hingga suara keras sudah bisa didengarkan janin dalam kandungan. Maka, tidak aneh apabila bayi sudah bisa mendengarkan suara lagu yang menyenangkan di dalam perut. Bahkan, ada mitos mendengarkan musik klasik membuat bayi yang dilahirkan menjadi pintar. Mitos “Mozart Effect” ini sudah menyebar luas dan banyak orang tua masih percaya akan hal ini. Apakah mitos kehamilan ini benar?
Samuel Mehr, mahasiswa PhD di Harvard yang mempelajari pengaruh musik pada manusia, mengatakan bahwa tidak ada bukti kuat bahwa mendengarkan musik ciptaan Mozart atau apapun membuat IQ anak yang dilahirkan menjadi tinggi. Meski lebih dari 80% orang Amerika meyakini bahwa ibu hamil yang mendengarkan musik klasik akan melahirkan anak yang cerdas, baru ada sedikit bukti yang mendukung gagasan ini. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh para peneliti di Appalachian State University yang dimuat dalam jurnal Psychological Science bulan Juli 1999.
Awal mula mitos Mozart Effect ini berkembang adalah ketika diadakan penelitian pada tahun 1993 oleh para ilmuwan di Universitas California di Irvine. Penelitian tersebut diulangi kembali pada tahun 1995. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa mahasiswa yang mendengarkan Mozar Sonata selama beberapa menit sebelum mengikuti tes spasial mendapatkan hasil yang lebih baik daripada yang mendengarkan lagu milik musisi lain atau tidak mendengarkan musik sama sekali. Efeknya juga bersifat sementara yaitu 15 menit dan kontroversial. Meski begitu, peneliti kemudian memberikan kesimpulan bahwa mendengarkan musik banyak manfaatnya serta dapat meringankan masalah kesehatan fisik dan mental.
Penelitian yang populer itu kemudian menjadi perhatian Gubernur Georgia. Dia membuat kebijakan untuk memberikan CD musik klasik yang berisi sonata dan karya musik lainnya, yang disumbangkan oleh perusahaan Sony, diberikan kepada para bayi yang baru lahir ketika meninggalkan rumah sakit. Inilah yang memunculkan mitos janin mendengarkan musik jadi lebih pintar.
Hal ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut: jika memang benar musik Mozart dapat membuat mahasiswa lebih mudah mengerjakan soal tes, bukankah itu artinya Mozart Effect memengaruhi kecerdasan manusia? Jawaban atas pertanyaan ini dilontarkan oleh Pietsching dkk. dalam penelitiannya yang mengungkapkan bahwa Mozart Effect memang dapat menghasilkan dorongan sementara dalam penalaran visual-spasial, namun efeknya hanya kecil. Efek ini ternyata tidak hanya berlaku pada musik klasik saja tetapi juga jenis musik lainnya termasuk musik rock.
Dari situlah, dapat ditarik kesimpulan bahwa fenomena ini mungkin disebabkan karena mendengarkan musik dapat meningkatkan suasana hati dan tingkat perhatian. Ketika Moms mendengarkan lagu favorit Moms, Moms bisa merasa lebih bahagia dan berenergi. Dan hal tersebutlah yang memberikan dorongan sementara dalam kemampuan berkonsentrasi dan meningkatkan kewaspadaan.
Terlepas dari mitos Mozart Effect, mendengarkan musik apa pun secara umum memang bermanfaat bagi perkembangan si Kecil. Bayi baru lahir yang sering mendengarkan musik akan lebih terampil dalam berbagai hal. Ritme dalam musik membantunya mengembangkan kemampuan berhitung, bernyanyi bersamanya akan membantunya mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa, serta menari sesuai irama musik membantunya mengembangkan kemampuan sensorik dan motorik.
Nah, Moms, itulah penjelasan tentang mitos vs fakta janin mendengarkan suara dari dalam perut. Jadi, sering-seringlah mengajak si Kecil berbicara walaupun masih berada di dalam kandungan, ya, Moms!
Tag: mitos vs fakta kehamilan, mitos janin mendengarkan suara
Referensi: Aptaclub, CNN Indonesia, Detik Health, Generasi Maju, Hello Sehat, Nakita, Pediatrics, Pop Mama
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments