Ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak yang disertai gangguan pada saraf. Sebagian besar ensefalitis disebabkan oleh infeksi virus. Selain itu ada pula jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan radang otak seperti tuberkulosis, jenis jamur seperti candida dan jenis parasit seperti toxoplasma. Bakteri dan virus tersebut dapat tersebar di udara maupun dibawa oleh nyamuk sehingga penyakit ini mudah sekali menular. Sedangkan pada bayi ensefalitis biasanya disebabkan karena tertular dari jalan lahir ibu.
Ada berbagai jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit ini :
- Virus herpes simpleks, yang menyebabkan terjadinya penyakit herpes di mulut maupun di kelamin. Herpes simpleks merupakan virus yang paling sering ditemukan pada kasus radang otak.
- Virus varicella zoster, yang menyebabkan cacar air
- Berbagai jenis virus lain, yang menyebabkan penyakit campak (measles), gondongan (mumps), atau campak jerman (rubella).
- Virus dari hewan, misalnya virus rabies serta virus yang disebarkan oleh nyamuk (Japanese B Encephalitis)
Japanese B Encephalitis mampu menyebabkan kematian hingga 30% pada penderita yang mengalami gejala. Sekitar 20%-30% penderita yang bertahan hidup mengalami masalah intelektual, perilaku atau neurologis permanen seperti kelumpuhan, kejang berulang atau bahkan mulai kehilangan kemampuannya untuk berbicara.
Menurut kementrian kesehatan RI jumlah kasus terbanyak dilaporkan terdapat di provinsi Bali dengan jumlah kasus 226 (69,3%). Sehingga Bali merupakan salah satu daerah endemis penyakit ini. Manusia bisa tertular virus JE bila tergigit oleh nyamuk Culex Tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari dan banyak terdapat di persawahan dan area irigasi. Selain itu, encephalitis juga bisa disebabkan karena kurangnya daya tahan tubuh anak sehingga mempermudah virus untuk masuk dan berkembang biak.
Gejala ensefalitis pada umumnya mirip dengan penyakit flu seperti demam, sakit kepala, lelah, serta pegal-pegal. Kemudian dapat terjadi perburukan gejala seperti kejang, linglung, otot-otot lemas, gangguan berbicara / pendengaran / penglihatan, penurunan kesadaran,dll.
Adapun beberapa tindakan pencegahan ensefalitis yang bisa dilakukan antara lain :
- Mencegah gigitan nyamuk (menggunakan anti nyamuk berupa lotion atau spray, menggunakan pakaian yang menutupi tubuh bila beraktivitas di luar rumah pada malam hari)
- Sebisa mungkin menghindari kegiatan di malam hari di area pertanian, ladang, atau persawahan di mana banyak terdapat nyamuk Culex.
- Bantu anak untuk beristirahat dengan cukup, jauhkan dari segala hal yang dapat mengganggu tidurnya agar istirahatnya semakin berkualitas.
- Berikan nutrisi yang baik agar imunitas tubuhnya meningkat, jika masih di bawah usia 6 bulan berikan ASI eksklusif, dan jika sudah mengenal makanan padat berikan sayur dan buah yang dihaluskan.
- Vaksinasi. Salah satu vaksin baru yang direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah vaksin japanese encephalitis (JE) yang diberikan apabila berada/ berpergian ke daerah endemis (seperti Bali) dan sebaiknya dilakukan 10 hari sebelum keberangkatan. Jadwal optimal vaksin JE adalah usia 12 bulan dan diulangi 1 hingga 2 tahun berikutnya.
Jika gejala yang dialami anak cukup berat, segera bawa ke rumah sakit untuk secepat mungkin mendapat penanganan dari dokter. Dokter akan memberikan beberapa jenis obat-obatan untuk mencegah gejala semakin buruk, menyembuhkan infeksi dan komplikasi yang mungkin ditimbulkan.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments