Pengasuhan adalah sebuah perjalanan tanpa ujung. Keputusan menjadi Orang Tua dibutuhkan sebuah komitmen yang kuat dan bukan perkara yang mudah. Perasaan ‘suka’ terhadap anak kecil, bukan merupakan fondasi yang kuat untuk menjadi Orang Tua lho.. Pegasuhan memang bukan sebuah cerita horror yang sesak akan ketegangan, pengasuhan butuh sebuah keseriusan.
Berat ya kalimatnya .. seberat helaan nafas saat menyelesaikan sebuah artikel mengenai ‘Teribble Two’.
Astaga, Pantesan Ashr (nama anak Saya) sering mengucap kata ‘No’ untuk setiap tawaran yang Saya berikan.
Ya ampun, jadi berebut mainan dan mendorong rekannya dialami juga anak seusia lainnya.
Ah ya.. Saya akhirnya paham kenapa Ashr sering teriak “It’s Mine!”
Memory-memory kemudian muncul dan langsung terjawab dari artikel tersebut. Seperti yang dialami oleh Orang Tua pada umumnya, rasa bersalah muncul karena kurang memahami. Saya coba merangkum dan mengambarkan kembali fase Teribble Two.
Teribble Two adalah sebuah fase yang dialami anak yang umunya terjadi pada usia 1-3 tahun. Ini adalah hal yang normal. Anak pada usia tersebut sudah melewati banyak perkembangan, tidak lagi bergantung kepada orang tuanya secara penuh, sudah memiliki banyak keinginan, namun sayangnya, anak pada usia ini belum mampu untuk menata perasaan, belum memiliki kemampuan menakar aman/tidak dan juga belum mampu mengkomunikasikan dengan baik.
Inilah yang menjadi alasan mengapa pada fase ini anak sering sekali kesal, marah hingga menangis.
Walalupun tidak semua anak mengalami hal yang sama, namun ada beberapa tanda Teribble Two, sebagai berikut :
• Frustasi jika Orang Tua/Sekitar tidak memahami apa yang meraka inginkan/utarakan;
• Menendang, memukul dan menggigit;
• Berkata Tidak;
• Berkelahi, Mempertahankan sesuatu yang dirasa ‘miliknya’.
Fase Teribble Two akan berakhir seiring dengan kemampuan dan pengetahuan anak yang bertambah - saat anak sudah mulai memahami benar dan salah, aman dan tidak aman dan dapat mengutarakannya. Sisi baiknya lagi, anak pada usia 1-3, sedang dalam perkembangan yang besar. Anak pada usia tersebut cepat memahami dan meniru sesuatu. Sebuah kunci untuk menjalani fase ini dengan baik, bukan?
Jadi, apa yang bisa dilakukan untuk menjalani fase Teribble Two dengan Bahagia?
• Orang Tua Harus Bahagia
Satu hal yang pasti, kita harus bisa membuat diri sendiri bahagia terlebih dahulu. Diri yang bahagia akan memiliki banyak aura positif untuk dibagikan. Tarik dan hembus nafas dalam dan perlahan, jadikan sebuah kebiasaan, agar selalu tenang.
• Berdiskusi dengan anak sebelum tantrum
Mulai membiasakan diri untuk mengajak anak mengambil alih untuk mengambil keputusan dan hargai keputusannya. Contoh: Sesaat sebelum pergi ke toko mainan, anak mulai diajak berdiskusi berapa jumlah maksimum mainan yang akan dibeli dan apa jenisnya dan apa konsekuensi yang akan diberikan jika anak mengikuti apa yang Orang Tua tawarkan. Memangnya anak usia 2 tahun sudah mengerti? Kalau bisa dicoba, mengapa tidak?
• Beri anak pemahaman dengan berimajinasi
Pada usia 1-3 tahun, anak sudah mulai senang berimajinasi. Ajak anak bermain boneka atau action figure dsb, sisipkan informasi-informasi penting disela percakapan boneka/action figure tersebut. Biarkan anak meniru kalimat yang kita utarakan.
• Peluk dia!
Peluk saat tangis mereka pecah karena bingung berucap, peluk sesaat setelah tantrum melanda, peluk mereka bahkan tanpa adanya alasan apapun selain menunjukkan bahwa mereka berharga dan kita cinta mereka.
Saya kembali kepada kalimat awal bahwa pengasuhan adalah sebuah perjalanan tanpa ujung dan bahwa tidak semua anak mengalami hal yang sama. Fase Teribble Two mungkin pada akhirnya bisa dilewati, namun ada fase lain yang menanti untuk dijalani. Atau bahkan dengan semua usaha terbaik, fase ini belum rampung, jangan sungkan untuk meminta bantuan pasangan, keluarga, teman atau bahkan tenaga ahli ya.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments