1. Pada saat tidur, otak si Kecil akan memproses dan menyimpan semua informasi yang diterimanya sepanjang hari. Segala informasi merupakan hal baru baginya, sehingga Ia terbiasa tidur lebih lama untuk beristirahat dan otak Kecilnya tetap dapat memproses informasi. Selama periode terlelap, sel-sel otak yang berperan dalam proses belajar akan semakin aktif. Sel-sel ini jugalah nantinya yang akan memicu pertumbuhan saraf koneksi sehingga Ia dapat menimpan informasi lebih lama.
2. Seorang dokter pediatrik dari University of Chicago mengatakan bahwa kualitas tidur yang buruk mengakibatkan gangguan konsentrasi dan hiperaktivitas.
3. Ada dua area pada otak si Kecil yang mempengaruhi regulasi emosinya pada saat tidur, yaitu amygdala dan ventral medial prefrontal cortex. Hal ini mempengaruhi proses pemahaman si Kecil terhadap perasaan yang bersifat negatif, seperti takut dan cemas. Saat Ia tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik, maka Ia akan lebih rewel dan sering tantrum.
Ketiga hal diatas sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IDAI mengatakan bahwa kualitas tidur yang baik akan membantu memperbaiki kemampuan anak untuk fokus dan berkonsentrasi, menghilangkan lelah, serta menjaga daya tahan tubuhnya yang berperan besar dalam perkembangan dan kematangan otak pada tahun-tahun pertama kehidupannya.
Yuk, tingkatkan kualitas tidur si Kecil!
Selain menjaga suasana supaya tetap tenang dan mencukupi nutrisi untuk si Kecil, posisi tidur juga dapat mempengaruhi kualitas tidur si Kecil. Posisi tidur yang nyaman tentu akan membuatnya tidur lebih lelap. American Academy of Pediatrics merekomendasikan bayi tidur dalam posisi terlentang untuk menghindari resiko SIDS (suddent Infant Death Syndrome) atau kematian mendadak pada bayi sehat. Posisi tidur ini tidak berbahaya bagi si Kecil karena Ia akan bernafas lebih bebas dan tidak merasa pengap saat dibaringkan. Dengan posisi tidur terlentang, jumlah kematian mendadak pada bayi menurun hingga 50%. Namun, posisi tidur ini dapat pula memicu bentuk kepala peyang pada si Kecil. Persentase penderita sindrom kepala peyang ini adalah sebanyak 13%.
Mengapa hal ini dapat terjadi?
Hal ini terjadi karena si Kecil tidur pada posisi yang sama dalam waktu yang lama. Sehingga, terjadi penekanan di salah satu sisi kepala saja. Apalagi, bayi newborn belum dapat mengubah posisi kepalanya sendiri saat tidur. Perhatikan lama waktu tidur yang tepat untuk si Kecil di bawah ini:
- Newborn : 8 jam di siang hari dan 8,5 jam di malam hari
- 1-6 bulan : 6-7 jam di siang hari dan 8-9 jam di malam hari
- 6-9 bulan : 3 jam di siang hari dan 11 jam di malam hari
- 9-12 bulan : 2,5 jam di siang hari dan 11 jam di malam hari
Lalu, bagaimana cara mencegah dan mengatasi bentuk kepala peyang pada si Kecil?
Berikut beberapa tips yang dapat Moms lakukan untuk mencegah dan mengatasi kepala peyang pada si Kecil :
- Ubah posisi kepala si Kecil secara berkala pada saat Ia tidur
- Biasakan untuk selalu melakukan kativitas tummy time
- Jangan selalu membiarkan si Kecil berbaring, sesekali Moms dapat menggendongnya sambil mengajaknya bercanda
- Pilih bantal khusus untuk bayi, salah satunya adalah bantal anti peyang.
Mengapa bayi memerlukan bantal anti peyang?
Menurut para ahli, tengkorak bayi masih dapat berubah bentuk hingga usia 12 bulan. Oleh sebab itu, Moms tidak perlu khawatir karena kepala peyang dapat dicegah dan diperbaiki. Penggunaan bantal peyang sejak newborn dengan frekuensi sesering mungkin dapat membantu memaksimalkan pembentukan kepala yang bulat normal.
Selain bentuk kepala peyang, kulit si Kecil juga kerap mengalami ruam dan iritasi terutama pada bagian kepalanya. Hal ini akan lebih rentan terjadi pada bayi newborn yang masih harus beradaptasi terhadap lingkungan barunya. Kondisi ini tentu dapat mempengaruhi kualitas tidurnya. Si Kecil tidak akan merasa nyaman jika kulitnya mengalami ruam dan iritasi. Bahkan, ruam dan iritasi yang dialaminya dapat membuatnya lebih rewel.
Pemicu ruam dan iritasi pada kepala bayi:
- Fungsi kelenjar keringat bayi masih belum terbentuk dengan sempurna. Sehingga, Ia belum dapat mengontrol produksi keringat di dalam tubuhnya.
- Fase deep sleep yang menyebabkan bayi mengeluarkan keringat berlebih terutama pada bagian kepala yang memiliki kelenjar keringat aktif
- Iklim tropis di Indonesia yang dapat memicu gerah dan menyebabkan si Kecil lebih banyak mengeluarkan keringat.
Lalu, hal apa yang perlu diperhatikan dalam memilih bantal yang tepat untuk si Kecil?
1. Hindari bantal yang terlalu empuk dan datar
2. Hindari bahan bantal yang terlalu tipis dan mudah sobek
3. Material bantal harus tepat, menyerap keringat dan bersifat breathable
4. Pilih bantal yang memiliki kontur cekung untuk tetap menjaga bentuk kepalanya
5. Usahakan untuk memilih bantal yang sudah memiliki sertifikat . Hal ini berfungsi untuk memastikan bahwa setiap komponen di dalamnya telah teruji klinis sehingga aman dari campuran zat kimia berbahaya.
Lovenest dari Babymoov merupakan pilihan yang tepat!
Lovenest merupakan bantal anti peyang yang khusus untuk bayi sejak newborn. Kontur cekung yang terdapat pada bantal Lovenest didesain khusus oleh seorang dokter pediatrik dari Eropa, Manuel Maidenberg. Kontur cekung ini menyerupai bentuk kepala bayi, sehingga membantu pendistribusian tekanan secara merata di seluruh area kepala si Kecil.
Ada 3 pilihan Lovenest dari Babymoov, yaitu :
1. Lovenest Classic
Bantal ini berfungsi untuk mencegah kepala peyang pada bayi usia 0-6 bulan.
2. Lovenest+
Bantal Lovenest+ berfungsi untuk mencegah dan memperbaiki kepala peyang pada si Kecil. Bantal ini dapat digunakan pada bayi usia 0-12 bulan.
3. Lovenest Natural Care
Selain membantu mencegah kepala peyang, Lovenest Natural Care membantu mencegah terjadinya ruam dan iritasi pada kulit newborn yang masih sangat sensitif. Bantak ini dapat digunakan pada bayi usia 0-6 bulan.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments