Moms & Dads tentu ingin memberikan segalanya bagi si Kecil. Mulai dari nutrisi, pendidikan, hingga mainan kesayangan. Sayangnya, memberikan terlalu banyak bagi si Kecil bisa berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. Ketika orang tua terlalu “menyetir” kehidupan anaknya, orang tua tersebut bisa dilabeli dengan sebutan “helicopter parenting”.
Apa itu helicopter parenting?
Pengertian helicopter parenting adalah orang tua yang terlalu memperhatikan anak-anaknya hingga mendikte setiap sisi kehidupan anak-anak mereka. Orang tua tersebut ikut campur dalam masalah apa pun seorang anak termasuk akademis, pertemanan, kegiatan ekstrakurikuler, bahkan opini anak-anaknya.
Tidak hanya ikut campur dalam segala sisi kehidupan anak, helicopter parents juga mengawasi tindak-tanduk anaknya, yang menyebabkan sifat overprotektif dan mengekang kebebasan anak. Seperti layaknya helikopter, orang tua yang mempunyai gaya parenting seperti ini langsung turun tangan ketika si Kecil membutuhkan bantuan atau pendampingan.
Bagi mereka, “Bukankah ini adalah tugas orang tua? Tidakkah orang tua itu ingin melindungi dan membimbing anak-anaknya?” Namun, anggapan seperti ini ternyata lebih banyak berdampak buruk bagi anak ketimbang dampak positifnya.
Baca Juga: Didik Anak di Era Digital, Bagaimana Caranya?
Bagaimana asal muasal helicopter parents?
Rasa cinta dan kasih sayang orang tua ternyata bisa menjadi sesuatu yang tidak menyehatkan. Sebenarnya, kapan sepasang orang tua melanggar batasan “mendukung anak” menjadi “overprotektif”?
Seperti yang kita tahu bahwa “terlalu banyak, apa pun itu, akan berujung pada hal yang tidak baik”. Begitu juga dengan rasa cemas dan protektif kepada anak-anak yang berlebihan.
Helicopter parents ingin agar anak-anak mereka tidak merasakan perasaan negatif seperti sedih, kecewa, dan gagal, serta ingin menjauhkan mereka dari bahaya. Ini membuat helicopter parents terlalu melindungi buah hati mereka.
Ketika si Kecil beranjak dewasa, para orang tua ini masih ingin mengendalikan segala sesuatu di sekitar anak. Maksud mereka, supaya anaknya hidup sejahtera. Namun, para orang tua ini “buta” terhadap pengaruh gaya parenting yang bak helikopter pengawas ini. Selain terlalu banyak mengawasi dan berusaha mengendalikan dunia anak-anak mereka, salah satu tanda helicopter parenting adalah keinginan kuat untuk melihat anak-anak mereka berhasil.
Mengapa orang tua memutuskan untuk menjadi helicopter parents?
Ada berbagai alasan mengapa keputusan menerapkan gaya parenting ini. Berikut empat faktor primernya:
Takut menghadapi konsekuensi
Orang tua yang menerapkan helicopter parenting karena takut menghadapi konsekuensi membayangkan segala hal buruk yang akan menimpa anak mereka. Misalnya, saat Moms & Dads ingin si Kecil mendapatkan beasiswa, Moms & Dads terus mendorong si Kecil belajar mati-matian tanpa diberi kesempatan bermain agar nilainya A. Karena sebenarnya, Moms & Dads khawatir si Kecil tidak mendapatkan beasiswa dan nantinya harus merasakan rasa sedih dan kecewa.
Merasa cemas
Helicopter parents merasa takut dan cemas terhadap kehidupan anak-anak. Selalu ingin yang terbaik yang berujung pada sifat mengendalikan dan mengawasi semua yang dilakukan dan dialami si Kecil.
Kompensasi berlebihan
Orang tua yang mengalami kehampaan emosional di masa kanak-kanak kadang-kadang ingin melakukan hal yang tidak orang tua mereka lakukan di masa kanak-kanak terhadap anak-anak mereka. Misalnya, ketika kecil, orang tua Moms atau Dads sangat lepas tangan, ketika memiliki anak, Moms & Dads ingin sekali terlibat dalam kehidupan si Kecil.
Tekanan dari dunia luar
Orang tua yang dikelilingi helicopter parents lainnya juga sering terlibat dalam gaya pengasuhan ini. Sebab, ketika mereka melihat orang tua anak-anak lain seperti itu, mereka juga merasa perlu melakukan hal yang sama.
Baca Juga: Moms dan Dads, Kenali Penyebab dan Tips Menghindari Toxic Parenting Ini
Apa kelebihan dan kekurangan helicopter parenting?
Meski dampak negatif dari helicopter parenting lebih banyak dan lebih destruktif terhadap perkembangan anak, ternyata ada sisi baik dari helicopter parenting juga. Walaupun begitu, sebaiknya dampak positif ini hanya dijadikan referensi saja. Sebab, tidak disarankan bagi Moms & Dads untuk mengadopsi gaya parenting helicopter demi kesejahteraan lahir dan batin si Kecil.
Kelebihan (pro) dari helicopter parenting
· Meningkatkan kapasitas intelektual dan emosional si Kecil karena orang tua terlibat dalam kegiatan akademisnya
· Meningkatkan fokus belajar si Kecil karena orang tua sangat mendukung pembelajarannya
· Mengizinkan si Kecil untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan mendukung kebutuhan keuangannya
· Memastikan si Kecil merasa aman dalam pengasuhan orang tua, dan membuat si Kecil merasakan rasa cinta dan pentingnya mereka di mata orang tua
· Menciptakan kepuasan bagi helicopter parents karena terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka
Kekurangan (kontra) dari helicopter parenting
· Menurunkan rasa percaya diri bagi anak-anak yang tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka tidak bisa sukses/melakukan banyak hal tanpa orang tua mereka
· Mengurangi harga diri anak-anak yang bisa menyebabkan cemas dan depresi
· Menyebabkan si Kecil mengalami tekanan mental dan emosional karena orang tua terlalu banyak mengawasi
· Mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan di luar rumah, bersosialisasi, dan menjadi mandiri terutama sebagai remaja
· Mengalami kesulitan dalam mempelajari coping skills yang berguna untuk kehidupan remaja dan dewasa
· Menyebabkan si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang narsistik dan merasa berhak mendapatkan perlakuan khusus
· Mengembangkan permusuhan terhadap orang tua karena merasa dikendalikan secara ekstrem atas hidup dan keputusan mereka
Apa ciri-ciri helicopter parenting?
Sesudah mengenal dan mengetahui asal muasal helicopter parenting, tentu Moms & Dads juga ingin tahu ciri-cirinya. Yuk, kita simak bersama!
· Terlalu cemas terhadap keamanan si Kecil
· Terlalu memberikan batasan-batasan terhadap apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan si Kecil
· Ikut campur memecahkan masalah anak-anak yang kemungkinan besar dapat dipecahkan sendiri oleh mereka
· Menerapkan pengawasan dan koreksi terus-menerus terhadap tingkah laku anak-anak
· Membuat keputusan untuk anak-anak tanpa ada masukan dari mereka
· Terlalu melibatkan diri dengan guru dan pelatih anak-anak
· Selalu ingin berkomunikasi dengan anak, tanpa sedikit pun memberikan kebebasan agar anak belajar mandiri
· Menolak membiarkan kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran
· Ketika sudah lebih dewasa, tetap mendampingi anak-anak dalam segala hal
· Terlalu overprotektif terhadap si Kecil
· Selalu ingin segalanya sempurna
· Berusaha membentengi si Kecil dari anak-anak lainnya ketika si Kecil merasakan perasaan negatif terkait pertemanan
· Melakukan semua pekerjaan rumah si Kecil agar dia dapat beristirahat
· Memarahi anak lain ketika si Kecil dan anak tersebut berkelahi
· Sangat berusaha supaya si Kecil tetap berada dalam pengawasan
· Tidak memberikan tanggung jawab kepada si Kecil
· Tidak memperbolehkan si Kecil bersosialisasi dengan orang lain atau berteman dengan anak-anak lainnya
· Tidak memperbolehkan si Kecil mengikuti aktivitas yang tidak Moms & Dads suka
· Selalu meyakinkan bahwa si Kecil adalah anak yang terbaik daripada anak-anak lainnya
· Memilih teman-teman si Kecil
Jika Moms & Dads merasa memiliki banyak kesamaan dengan ciri-ciri berikut, coba evaluasi dulu, deh, gaya parenting Moms & Dads!
Bagaimana cara mencegah atau menghentikan helicopter parenting?
Apabila Moms & Dads merasa selama ini telah menerapkan gaya parenting seperti ini, belum terlambat kok untuk mengubahnya. Simak langkah-langkahnya berikut:
· Mengakui bahwa Moms & Dads telah mengawasi kehidupan si Kecil secara berlebihan.
· Menyadari bahwa secinta dan sesayang Moms & Dads kepada si Kecil, dan suatu hari Moms & Dads tidak bisa berada di samping mereka. Moms & Dads tentu tidak ingin si Kecil merasa tersesat dan tidak dapat bertahan tanpa orang tuanya, bukan?
· Menyadari bahwa anak-anak akan belajar lebih banyak dan lebih percaya diri jika orang tuanya membiarkan mereka tumbuh.
· Mempercayai bahwa si Kecil mampu belajar, memutuskan, dan mengatasi masalah-masalahnya sendiri.
· Melibatkan si Kecil dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan hidupnya.
· Membiarkan si Kecil belajar dan mengeksplorasi dunia luar tanpa terus-menerus didampingi dan dikoreksi.
· Menyadari bahwa anak-anak perlu merasakan emosi negatif juga, supaya ketika dewasa bisa mengenali dan mengatasinya dengan lebih baik.
· Mengurangi ekspektasi berlebih bahwa si Kecil harus menjadi yang terbaik baik di bidang akademis atau di bidang lainnya.
Orang tua yang menerapkan helicopter parenting pada dasarnya memiliki maksud baik. Namun, gaya parenting ini dapat membuat si Kecil depresi dan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Anak jadi tidak bisa bersosialisasi dan belajar menangani emosi, dan kemampuan-kemampuan lain yang bermanfaat bagi kehidupannya saat dewasa kelak.
Jika Moms & Dads masih merasa belum bisa atau tidak mungkin memberikan kebebasan kepada si Kecil, segeralah menghubungi terapis profesional.
Referensi: Love to Know, Marriage
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments