Hari-hari ini sedang marak dengan wabah difteri, karena khawatir saya mengkonsultasikan hal ini kepada DSA. Karena Calvin (anak saya) sudah vaksin DTP sebanyak 3x, dokter menasihatkan saya untuk tidak khawatir karena kemungkinan terkena difteri kecil sekali. Melalui konsultasi ini saya mempelajari beberapa hal mengenai difteri, dan akan saya bagikan berikut ini.
Apa itu difteri?
Difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat mempengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang bisa mengancam keselamatan.
Apa penyebab difteri?
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri.
Bagaimana cara menghindari penularan difteri?
- Hindari terkena percikan ludah, bersin, atau batuk dari penderita difteri.
- Hindari bersentuhan dengan barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
- Jangan bersentuhan langsung pada luka akibat difteri di kulit penderita.
- Pada umumnya penularan difteri terjadi pada lingkungan padat dan kotor.
Bagaimana cara pengobatan difteri?
Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin. Antibiotik akan diberikan untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri.
Apa yang terjadi jika difteri tidak diobati dengan cepat?
Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. Beberapa di antaranya meliputi:
- Masalah pernapasan
- Kerusakan jantung
- Kerusakan saraf
- Difteri hipertoksik
Komplikasi difteri hipertoksik ini adalah bentuk difteria yang sangat parah. Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal.
Bagaimana cara mencegah difteri?
Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DTP termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia.
Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Apabila imunisasi DTP terlambat diberikan, imunisasi kejaran yang diberikan tidak akan mengulang dari awal. Bagi anak di bawah usia 7 tahun yang belum melakukan imunisasi DTP atau melakukan imunisasi yang tidak lengkap, masih dapat diberikan imunisasi kejaran dengan jadwal sesuai anjuran dokter anak Anda. Namun bagi mereka yang sudah berusia 7 tahun dan belum lengkap melakukan vaksin DTP, terdapat vaksin sejenis yang bernama Tdap untuk diberikan.
Perlindungan tersebut umumnya dapat melindungi anak terhadap difteri seumur hidup.
Semoga bermanfaat ya Moms.
Pic: turto.id
By: Felicia Denisa
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments