Di hari pertama kelahirannya, bayiku diharuskan untuk masuk ruang PERINA karena mengalami Transient Tachypnea of Newborn (TTN). TTN sendiri adalah masalah pernapasan ringan pada bayi baru lahir. Singkat cerita, bayiku diharuskan untuk berpuasa selama 2 hari, karena isi lambungnya harus dikosongkan. Saat berkunjung ke ruang PERINA, di hari kedua aku melihat bayiku diberikan pacifier (empeng) yang ditempelkan dengan plester ke mulutnya, dengan alasan bayiku terus menangis dan suster kasihan jika tenggorokannya kering dan jadi haus. Karena waktu itu pengetahuanku masih sangat minim, aku biarkan bayiku dengan pacifier-nya.
Di hari kedua, aku sudah diperbolehkan pulang. Namun bayiku masih harus diobservasi. Oleh karena itu, aku terus memompa dan mengirim ASIP-ku untuk nanti diberikan jika bayiku sudah tidak perlu berpuasa.
Hari ketiga, bayiku sudah boleh disusui. Di sini aku kembali membuat kesalahan. Aku memberikan ASIP-ku dengan botol. Bayiku menyusu dengan mudahnya, sampai ASIP yang di botol habis. Senang rasanya waktu itu melihat bayiku meminum ASI meski tidak langsung dari payudaraku.
Esoknya, aku diperbolehkan latihan menyusui oleh tim suster. Dengan semangat aku mencoba menyusui bayiku. Tapi dia terus menerus tidur, dengan posisi putingku di dalam mulutnya, namun tidak diisap. Karena berulang kali dibangunkan bayiku tetap kembali tidur, aku kembalikan ia ke inkubatornya.
Di hari kelima, bayiku sudah boleh dibawa pulang. Mulailah aku menyusui langsung bayiku. Di saat itu, aku merasa ada yang aneh. Bayiku selalu kesusahan untuk menemukan putingku, terlebih lagi di payudara yang kanan. Bayiku terus menangis dan meronta ronta mencari putingku karena kehausan, namun sepertinya sangat sulit baginya untuk menemukan putingku.
Ketika sudah dapat menemukan putingku, sulit juga baginya untuk menemukan pelekatan yang sempurna. Sering kali ia melepas kembali putingku sambil menangis. Sampai wajahnya tersembur ASI dari payudaraku. Hal ini aku alami terus menerus setiap harinya sampai hampir 2 minggu. Untungnya, terkadang bayiku lebih tenang menyusu di malam hari saat ia sedang mengantuk dan keadaan sekitar tenang dan redup cahaya.
Akhirnya aku menemui konsultan laktasi untuk berkonsultasi tentang permasalahan menyusuiku. Benar saja, bayiku tidak mengenali putingku (alias bingung puting) akibat terlalu dini dikenalkan kepada dot dan pacifier. Menurut konsultan laktasiku, bayi butuh paling tidak 4-6 minggu untuk dapat benar-benar mengenali puting ibunya, sebelum diperkenalkan ke dot atau pacifier. Saat itu aku benar-benar khawatir, karena aku harus kembali bekerja saat bayiku berusia 6 minggu. Berarti, bayiku hanya dapat beradaptasi dengan putingku sampai di minggu ke-4 saja sebelum ia harus belajar menggunakan dot lagi.
Menolak untuk berputus asa, aku ikuti semua saran konsultan laktasiku untuk menangani bingung puting pada bayiku:
- Sesering mungkin menawarkan payudara kepada bayi, terlebih lagi saat bayi belum terlalu haus atau lapar. Karena semakin haus dan lapar bayi, semakin ia tidak sabar dan frustrasi jika tidak menemukan puting. Hal ini juga berlaku dengan membangunkan bayiku yang sedang tidur pulas setiap dua jam sekali.
- Jauhkan bayi dari dot dan pacifier sebelum paling tidak usianya 1 bulan. Jika memang harus menggunakan media lain untuk pemberian ASIP saat proses ini, gunakan pipet/ sendok ataupun cup feeder. Moms juga bisa mencoba menyusui dengan menggunakan nipple shield
- Latih bayi untuk melakukan pelekatan yang baik. Biarkan mulutnya terbuka lebar dan masukkan puting dan areola ke dalam mulutnya. Jika pelekatan belum sempurna, keluarkan puting secara perlahan dan coba masukkan kembali ke mulut bayi
- Tingkatkan skin-to-skin dengan bayi. Aku lebih sering menggendong bayiku, serta menyusui bayiku saat ia hanya memakai popok dan aku hanya memakai pakaian dalam.
- Susui bayi dalam ruangan yang tenang, serta gunakan lampu yang tidak terlalu terang.
Tidak lama setelah dengan konsisten menerapkan tips-tips tersebut, bayiku sudah dapat menyusu di kedua payudaraku dengan baik. Ditandai dengan kemampuannya menemukan puting, melakukan pelekatan yang baik (tidak membuat puting Moms perih atau lecet) serta kenaikan berat badan yang sesuai.
Mulai dari minggu ke-5, aku melatih bayiku minum ASIP dari dot karena aku harus bekerja. Prosesnya pun tidak semudah itu, bayiku sempat menolak minum dari dot bahkan tersedak. Untungnya, aku menemukan Tommee Tippee, dot yang cocok dengan bayiku dan menyerupai payudara ibu. Tidak lupa juga setiap bersama bayiku, aku full direct breastfeeding (DBF). Sampai saat ini bayiku tetap dapat DBF dan minum dari dot dengan baik.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments