Selama 9 bulan kehamilan, saya bekerja di sebuah perusahaan swasta. Di usia kehamilan 37 minggu, saya mengajukan cuti melahirkan selama tiga bulan.
Kamis, 12 Oktober 2017
Hari ini adalah hari terakhir saya bekerja, karena banyak berkas dan barang yang harus dibawa ke rumah, saya memutuskan untuk pulang menggunakan jasa Go-Car. Sebelumnya selama ini saya menggunakan Go-Jek ke stasiun kereta, karena jarak kantor dan rumah yang cukup jauh, Pejaten-Bekasi.
Saat perjalanan pulang saya merasakan kontraksi yang cukup lama, tapi berusaha saya atasi dengan mengatur nafas dan berdzikir di dalam mobil. Sesampainya di rumah, kontraksi tersebut hilang, sehingga saya mengurungkan niat untuk cek ke RS. Namun, karena sudah ada tanda, saya dan suami telah menyiapkan semua perlengkapan dan memasukkannya ke dalam mobil.
Jumat, 13 Oktober 2017
Hari ini saya ke RS, karena memang jadwalnya USG dan kontrol dengan Obgyn. Setelah konsultasi dengan dokter dan dilakukan pemeriksaan cek dalam, ternyata saya sudah memasuki pembukaan 2, dan ketuban saya sudah berkurang, tidak memproduksi sumber makanan lagi kepada janin.
Jadi, menurut dokter bayi saya harus dilahirkan maksimal pada 17 Oktober, jika pada tanggal tersebut belum juga kontraksi teratur maka harus dilakukan tindakan. Dokter menyarankan saya untuk pulang ke rumah dan merangsang kontraksi agar pembukaan bertambah. Jika sudah merasakan kontraksi teratur setiap 5 menit sekali, maka boleh langsung ke Kamar Bersalin. Saya akhirnya pulang dibekali Surat Pengantar Kamar Bersalin. Dengan perasaan masih tidak percaya secepat ini bayi saya ingin lahir, maka saya pun juga akan berusaha membantu proses ini cepat berjalan.
Sesampainya di rumah saya langsung berjalan kaki selama 1 jam, lalu saya melakukan gerakan-gerakan senam hamil yang telah diajarkan di RS untuk merangsang kontraksi, tidak lupa juga saya berdoa dan melakukan ibadah shalat. Setiap saya melakukan gerakan-gerakan tersebut, saya sudah merasakan kontraksi teratur setiap 5 menit, namun saat saya duduk atau istirahat, kontraksi menghilang.
Sore hari menuju malam, saya memutuskan ke RS bersama suami saya untuk cek ke Kamar Bersalin terkait pembukaan. Karena sudah cukup lama juga merasakan kontraksi teratur. Sesampainya di Kamar Bersalin dan dicek dalam oleh suster/bidan yang bertugas, ternyata pembukaan sudah naik menjadi pembukaan 3, dan sudah keluar flek darah.
Berdasarkan prosedur RS, jika Ibu sudah mengalami flek maka harus stay di RS. Sehingga saat itu juga semua proses kami lalui, proses administrasi, rekam detak jantung janin, dll.
Menunggu kamar bersalin siap, saya diberikan pakaian bersalin, pembalut, gelang bersalin berwarna pink, dan obat pencahar. Obat pencahar ini gunanya untuk membersihkan kotoran dalam tubuh agar nantinya saat mengejan, tidak banyak mengeluarkan kotoran.
Setelah selesai membuang kotoran, saya berjalan-jalan di sekitar RS, naik turun tangga, dan melakukan kegiatan yang merangsang kontraksi. Dua jam kemudian Kamar Bersalin telah siap dan saya disarankan beristirahat, karena kemungkinan akan lahir besok sehingga harus menyimpan banyak energi. Menurut banyak pengalaman, untuk anak pertama, proses menuju pembukaan 10 memang tidak sebentar. Akhirnya saya mengikuti saran RS dan berusaha tidur.
Sabtu, 14 Oktober 2017
Kontraksi yang saya rasakan masih belum teratur dan intens, lumayan terasa sakit tapi tidak terlalu parah. Sampai akhirnya dokter datang kunjungan dan menyarankan induksi dengan menggunakan infus. Tetapi setalah dilakukan induksi, proses pembukaan masih berjalan lambat, pembukaan saya stuck di 5cm, tidak naik lagi sampai sore hari. Khawatir dan juga sedih tentu rasanya, tapi tetap berdoa dan berdzikir. Rasa sakit terus dirasakan namun pembukaan belum juga naik.
Sekitar pk 21.00, saya kembali disuruh istirahat, padahal saya masih ingin banyak bergerak agar merangsang kontraksi, tetapi pihak RS menyarankan untuk menyimpan energi tersebut. Tidak lama setelah itu, tiba-tiba saya merasakan dorongan yang sangat keras dari janin saya dan terdengar bunyi 'plop' dan nyeri yang saya rasakan mulai mencapai maksimal, ternyata ketuban saya pecah di dalam. Sejak itu, segala hal yang saya lakukan terasa salah dan sakit, konsentrasi saya buyar, tidak fokus, napas tidak teratur.
Hanya ada suami saya yang menemani. Hanya bisa berdoa dan berusaha mengatur napas yang sangat sulit dilakukan. Saya menggigil, keringat dingin, mulai ada rasa ingin menyerah, bahkan saya sempat menitipkan pesan kepada suami, jika saya tidak kuat melalui ini tolong jaga anak kita dengan baik. Namun, suami saya selalu meyakinkan saya bahwa saya kuat dan pasti bisa melalui ini semua.
Semenjak ketuban pecah, pembukaan berjalan dengan cepat, pk 22.00 saya sudah masuk pembukaan 8, dorongan dari janin sangat kuat, seperti ingin BAB tapi harus ditahan, karena pembukaan saya belum sempurna jadi tidak boleh mengejan, sedangkan refleks kita terus mengejan karena janin mendorong kuat. Tapi saya berusaha semaksimal saya bertahan tidak mengejan sebelum waktunya, karena jika mengejan maka jalur lahir akan robek dan sangat berbahaya bagi keselamatan Ibu, serta ketuban akan habis, dan janin akan kesulitan bernapas.
Setiap kontraksi sedang berhenti, saya sempat tertidur karena sangat lelah dalam menahan sakit kontraksi. Akhirnya pembukaan saya lengkap 10 cm pada pk 23.00, saya diizinkan untuk mengejan. Sebelumnya tentu sudah diberikan arahan bagaimana cara mengejan yang baik dan benar. Tangan kanan kita mengangkat kaki kanan kita agar tetap dalam posisi terbuka lebar, tangan kiri bebas di mana saja, kaki kiri kita dipegang oleh suami, badan kita harus setengah duduk seperti posisi sit-up. Infokan kepada dokter dan bidan saat kita kontraksi, hal tersebut merupakan tanda mengejan dan semua pihak membantu proses melahirkan. Sangat tidak disarankan untuk berteriak atau bersuara saat mengejan, fokuskan tekan diperut seperti sedang BAB keras, mengejan diberikan waktu selama 10 hitungan. Setelah itu istirahat. Lalu ulangi setiap kontraksi muncul sampai bayi lahir.
Alhamdulillah, dengan hanya 4 kali mengejan bayi saya lahir ke dunia :)
Perasaan campur aduk yang saya rasakan, bahagia, haru, sedih, lelah, semua menjadi satu.
Setelah bayi lahir dilarang untuk mengejan dalam bentuk apa pun karena ditakutkan Ibu akan mengalami pendarahan jika tetap mengejan setelah bayi lahir. Karena tidak hanya bayi yang dikeluarkan tapi juga plasenta dan lainnya yang ukurannya jelas tidak kecil.
Setelah itu, proses IMD dilakukan, lalu dokter akan menjahit bagian yang robek. Karena dibius, tidak terlalu terasa, hanya sedikit sakit, tapi tidak sebanding dengan rasa kontraksi yang sebelumnya saya rasakan :)
Setelah proses IMD selesai, bayi saya diambil untuk diukur BB dan TB dan serta dicek segala kelengkapan indra, dan lainnya yang perlu dicatat dalam buku perkembangan bayi. Bayi saya juga diberikan suntikan Hepatitis B untuk pertama kalinya, dan juga vitamin mata.
Setelah itu saya dipindahkan ke ruang istirahat, dan diizinkan untuk beristirahat setelah perjalanan panjang selama 35 jam merasakan kontraksi semenjak pembukaan 2cm.
Alhamdulillah bayiku lahir dengan sehat, tidak kurang satu apa pun. Sungguh terharu dan menjadi teringat kepada Ibuku dan semua Ibu di luar sana yang perjuangannya sangat luar biasa untuk melahirkan anak-anaknya.
Sungguh tidak percaya saya telah melalui hal luar biasa itu, ternyata semua Ibu punya kekuatan masing-masing dalam melaluinya. Berdasarkan penelitian, seorang manusia normal hanya mampu menahan sakit hingga skala 45 Dels. Selebihnya ia bisa pingsan karena tidak bisa menahan sakit berlebih. Saat melahirkan, seorang Ibu rata-rata mengalami sakit dengan skala sampai 57 Dels atau setara seperti merasakan 20 tulang retak secara bersamaan. Namun, tekad yang kuat setiap Ibu saat melahirkan untuk dapat melihat buah hatinya menjadi motivasi untuk dapat melalui itu semua.
Dengan cara apa pun seorang Ibu melahirkan, semua Ibu hebat dan memiliki perjuangannya masing-masing. Perjuangan seorang Ibu dimulai dari hari pertama kehamilan, sampai seterusnya, sepanjang masa, tanpa balas jasa.
Maka hargailah setiap Ibu di dunia ini, karena mereka punya perjalanan dan perjuangannya masing-masing :)
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments