Mungkin tidak sedikit dari kita yang kadang berselisih dengan ibu mertua. Dengan alasan-alasan yang sebenarnya terasa sepele.
Awal pernikahan dulu, saya termasuk salah satu orang yang menjaga jarak dengan mertua, kenapa? Karena malas berselisih, gak mau ada salah paham, atau persoalan remeh lainnya. Namanya juga bagian baru dari sebuah keluarga, pasti ada saja sisi yang berbeda. Belum lagi kalau ada pembicaraan yang terkesan menggurui bahkan menyalahkan, rasanya saya sedih sekali. Dan saya bukan tipe orang yang bisa mengungkapkan kekesalan atau kemarahan kecuali orang itu deket banget. Jadi sahabat-sahabat terdekat yang biasanya nampung segala cerita saya.
Kemudian, lahir lah Nabilla. Anak pertama saya yang juga merupakan cucu pertama di keluarga kami. Belum selesai urusan dapur, mulai lagi persoalan metode pengasuhan anak. Bersyukurnya saya dan suami tinggal terpisah dari orang tua maupun mertua, jadi walaupun ada masukan sana sini yang kadang kurang enak di hati, bisa disimpan aja tapi tidak dilakukan. Saya rasa itu hal biasa yang terjadi bagi pasangan baru maupun ibu baru, ada saja selentingan yang bikin hati ini perih. Berjalannya waktu, Nabilla mulai tumbuh besar. Saya dan suami terkadang bicara panjang soal kehidupan Nabilla di masa mendatang, entah saat dia remaja maupun dewasa. Sungguh harapan terbesar kami adalah bisa mendampingi Nabilla di berbagai fase kehidupannya, bahkan saya rasanya belum rela jika membayangkan Nabilla harus tinggal berjauhan dengan kami.
Lama kelamaan saya dan suami mulai berpikir, kalau akan tiba saatnya kami yang akan kedatangan anggota keluarga baru yaitu sang menantu. Dan seperti apakah kita nanti? Apakah akan menyebalkan? Kuno? Jadul? Menggurui? Menyalahkan? Pemikiran selewat itu ternyata menyadarkan saya, kalau sebagai menantu memang sudah seharusnya kita menyayangi dan mengasihi mertua kita dengan sepenuh hati dan jiwa raga bagaimanapun sikap dan karakternya. Kenapa begitu? Jawabannya sesederhana "karena mereka sudah tua". Mereka yang berharap selalu dimengerti, dituruti segala kemauannya, diikuti segala sarannya, merasa paling berpengalaman dan banyak hal lain yang intinya berharap kita patuh. Padahal menurut ego kita ada beberapa hal yang tidak lagi relevan, maupun sikap-sikap yang kadang menyinggung pilihan kita sebagai orang tua. Tapi begitulah orang tua, mereka terpaksa harus selalu dimengerti, diberi pengertian dengan penuh kerendahan diri dari kita dan segala perhatian yang kadang menurut kita tidak lagi penting.
Saat memiliki Nabilla, saya menjadi sadar betul harus "selalu" memuliakan orang tua maupun mertua. Selain karena saya telah merasakan peran sebagai ibu, saya pun sadar akan berada di posisi yang sama suatu hari nanti. Rasanya akan sedih sekali, jika orang yang kita sayangi sejak kecil akan terlihat di mata tua saya sebagai anak yang sering mengabaikan saran saya. Sesuai atau tidaknya itu urusan belakangan, yang penting diterima dengan sepenuh hati, itu pun sudah cukup membahagiakan.
Simple-nya IYA KAN SAJA DULU selanjutnya urusan nanti. Dengan begitu, orang tua kita tidak akan merasa tersakiti, masukannya diterima dan merasa berharga karena bisa membantu kita mengarungi kehidupan baru. Toh cita-cita kita pada anak pun akan sama, yaitu selalu bisa mendampingi mereka hingga akhir hayat. Sampai seberapa jauh sih mereka akan terus ADA? Di usianya yang tidak lagi belia, buat saya terima segala maksud baiknya, bahagiakan mereka di sisa hidupnya serta bantu wujudkan harapan bisa mendampingi kita hingga tutup usia.
Padahal ibu mertua adalah bagian dari hidup kita, orang yang juga turut andil dalam segala kebahagian selama ini. Seseorang yang lewat dirinya suami atau istri kita lahir ke bumi, dirawatnya dengan sepenuh hati. Untuk itu sebenarnya tidak heran jika para ibu mertua kadang terkesan ikut campur, padahal hanya kita saja yang terkadang menganggap berbeda maksud baiknya. Maksud baik yang juga karena faktor usia, tidak lagi bisa disampaikan dengan tepat. Sehingga kadang kala terasa menyinggung, terkesan menyalahkan dan membuat perih. Padahal maksud awalnya untuk kebaikan kita bersama.
Jadi, mulai saat ini belajar lah berbesar hati kepada segala sikap kebaikan dari orang tua maupun mertua kita. Perbaiki hubungan untuk lebih baik lagi, bersyukur jika sudah memiliki orang tua atau mertua yang asyik dan kekinian, sehingga menjalin persahabatannya menjadi lebih mudah. Untuk yang masih dalam hubungan yang biasa saja, boleh mulai berikan segala perhatian sepele mengenai keseharian mereka, dengarkan segala keluh kesahnya, terima dengan tulus segala kebaikan saran serta masukkan darinya serta jangan pernah lupa untuk memberikan segala sesuatu dengan tulus.
Ingat, kita pun akan ada diposisi mereka suatu saat nanti. Siapa yang menanam kelak dia yang akan menuai.
Semangat moms!
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments