Pernah nggak Moms ditanya “Eh, kok, anakmu kurus. Kurang gemuk, nih.” Padahal, Moms merasa si Kecil baik-baik saja, nggak terlalu kurus. Nah, memang ya, pandangan bahwa anak kecil harus gemuk atau subur ini masih melekat di beberapa orang tua. Memang, anak gemuk apalagi yang pipinya chubby terlihat menggemaskan. Akan tetapi, anak yang terlalu gemuk juga berpotensi mengalami risiko kesehatan. Apalagi, kalau gemuknya sudah kelewat batas bahkan obesitas.
Pengertian obesitas anak
Obesitas anak adalah kondisi anak yang memiliki berat badan di atas berat badan yang sehat untuk usia dan tinggi badannya. Penumpukan lemak ekstra di tubuh ini dapat meningkatkan risiko penyakit-penyakit berbahaya dan kronis di masa depan.
Obesitas sebabkan kesulitan tumbuh kembang
Kenzie, bayi kelahiran Oktober 2021, berat badannya mencapai 27 kilogram sehingga tergolong obesitas. Berat badan Kenzie naik tidak wajar saat usianya mencapai 6 bulan. Gara-gara obesitas, tumbuh kembangnya terhambat. Hingga saat ini, dia belum bisa berbicara, merangkak, atau berjalan seperti anak-anak seusianya. Saking beratnya, ibunya tak mampu menggendongnya ke Posyandu. Stroller untuk membawa Kenzie pun juga tidak muat untuk menampung bobot dan badannya.
Data kasus obesitas anak di Indonesia
Data Kemenkes menyebutkan bahwa satu dari lima anak berusia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Sedangkan menurut Survey Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi obesitas pada balita mencapai angka 3,5%.
Gejala / Kriteria anak obesitas
Berat badan anak dalam kategori obesitas anak
Menurut IDAI, obesitas anak terjadi ketika berat badan si Kecil lebih dari +3 SD grafik pertumbuhan. SD merupakan satuan internasional untuk standar deviasi dalam pengukuran status gizi anak.
Berikut ini berat badan ideal anak perempuan dan laki-laki usia 1-5 tahun menurut Kemenkes RI:
Usia |
Anak perempuan |
Anak laki-laki |
1 tahun |
7-11,5 kg |
7,7-12 kg |
2 tahun |
9-14,8 kg |
9,7-15,3 kg |
3 tahun |
10,8-18,1 kg |
11,3-18,3 kg |
4 tahun |
12,3-21,5 kg |
12,7-21,2 kg |
5 tahun |
13,7-24,9 kg |
14,1-24,2 kg |
Sedangkan anak di atas 5 tahun, Moms bisa melihat tabel berat dan tinggi badan ideal yang dikeluarkan oleh CDC berikut ini:
Usia (tahun) |
Laki-laki |
Perempuan |
||
Tinggi badan (cm) |
Berat badan (kg) |
Tinggi badan (cm) |
Berat badan (kg) |
|
6 |
116 |
21 |
115 |
20 |
7 |
122 |
23 |
122 |
23 |
8 |
128 |
26 |
128 |
26 |
9 |
134 |
29 |
133 |
29 |
10 |
144 |
36 |
144 |
37 |
11 |
144 |
36 |
144 |
37 |
12 |
149 |
41 |
152 |
42 |
Hasil IMT anak masuk kategori obesitas anak
Indeks Massa Tubuh (IMT) membandingkan berat badan dengan tinggi. Hasil perhitungan IMT anak berbeda dengan orang dewasa karena persentase lemak tubuh anak-anak berubah seiring waktu dengan pertumbuhannya.
IMT anak bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasil perhitungannya disebut dengan persentil dan dibandingkan dengan klasifikasi pertumbuhan sebagai berikut:
-
IMT kurang: di bawah persentil ke-5
-
IMT normal: persentil ke-5 sampai ke-85
-
IMT kegemukan: persentil ke-85 hingga ke-95
-
IMT obesitas: 95% atau lebih tinggi
Penyebab obesitas anak
Obesitas pada anak disebabkan oleh banyak faktor. Yang jelas, penyebabnya bukanlah kemalasan atau kurangnya kemauan. Faktor penyebabnya sebagian besar sama dengan orang dewasa, antara lain:
Kebiasaan makan dan kurang aktivitas
Keluarga yang tidak aktif dan suka makan makanan yang tidak sehat dapat membuat anak tumbuh dengan berat badan berlebih. Makanan dan minuman tinggi lemak, gula, dan kalori cenderung rendah vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya. Rutinitas keluarga yang kurang aktif seperti lebih banyak di dalam ruangan, main video game, kecanduan ponsel, dsb. membuat gaya hidup tidak aktif meningkat.
Faktor genetik
Tak bisa dimungkiri, faktor keturunan dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami obesitas. Banyak gen berkontribusi terhadap penambahan berat badan. Meski masalah berat badan terkait genetik juga, tak semua anak dengan riwayat keluarga obesitas akan mengalaminya.
Faktor psikologi
Stres yang dialami anak, baik itu karena masalah keluarga atau lingkungan lainnya, dapat meningkatkan risiko obesitas anak. Ada anak yang makan berlebihan untuk mengatasi emosi, seperti stres atau kebosanan.
Sosial ekonomi dan masyarakat
Tempat tinggal dan lingkungan sekolah yang mudah mengakses makanan tidak sehat berdampak langsung pada pola makan anak. Lingkungan juga berkontribusi terhadap jumlah aktivitas fisik yang didapat anak-anak. Faktor sosial ekonomi lainnya yang meningkatkan risiko adalah
-
Biaya dan akses ke makanan sehat terbatas
-
Jaringan atau sistem dukungan sosial terbatas
-
Akses ke fasilitas rekreasi atau taman terbatas
Faktor budaya
Iklan makanan cepat saji dan makanan ringan dapat berkontribusi pada obesitas anak-anak-anak karena dapat memengaruhi anak-anak untuk mengonsumsinya. Seringnya, makanan tersebut punya banyak kalori dan/atau porsinya besar.
Gangguan medis dan obat-obatan
Beberapa gangguan medis seperti gangguan hormon merupakan faktor lain untuk obesitas anak. Obat tertentu juga dapat meningkatkan risiko peningkatan berat badan dan obesitas. Namun, kedua faktor ini sangat jarang terjadi untuk kasus obesitas anak.
Mengapa obesitas berbahaya?
Anak-anak yang mengalami obesitas lebih cenderung membawa kondisi ini hingga dewasa. Mereka berisiko lebih tinggi terkena kondisi kesehatan sebagai berikut:
-
Asma
-
Sleep apnea
-
Diabetes tipe 2
-
Tekanan darah tinggi
-
Kolesterol tinggi
-
Penyakit jantung
-
Stroke
-
Kanker tertentu, termasuk kanker usus besar dan kanker payudara
-
Hati berlemak
-
Gangguan muskuloskeletal seperti osteoarthritis
Selain kondisi kesehatan, anak dengan obesitas lebih berisiko mengalami bullying, isolasi sosial, rendah diri, dan depresi.
Cara mengatasi obesitas anak
Hal terpenting yang dapat Moms lakukan adalah membantu si Kecil fokus kepada kesehatan, bukan berat badannya. Dukunglah si Kecil dalam perjalanannya menuju kesehatan yang lebih baik. Hindari menyalahkan si Kecil, diri Moms sendiri, atau orang lain. Berikut ini cara mengatasi obesitas pada anak:
Berilah contoh hidup aktif
Orang tua memiliki efek langsung pada obesitas anak. Jika si Kecil melihat Moms dan keluarga aktif secara fisik dan bersenang-senang, si Kecil juga akan cenderung aktif dan tetap aktif.
Rencanakan aktivitas keluarga
Jadwalkan olahraga bersama anggota keluarga. Jalan kaki, sepedaan, atau berenang merupakan aktivitas olahraga seru yang bisa diikuti satu keluarga. Bantulah si Kecil menemukan aktivitas fisik yang disukai yang tak terlalu sulit.
Kurangi screentime
Kurangilah waktu untuk aktivitas diam (sedentary). Screentime seperti menonton TV, main HP, dan main video game harus dibatasi tidak lebih dari dua jam sehari.
Kembalikan kebiasaan makan sesuai usia si Kecil
Berikan frekuensi dan porsi makan si Kecil tepat sesuai usianya. Minta tolong dokter atau ahli gizi untuk membantu merencanakan makanan sehingga asupan kalorinya tidak berlebihan. Pastikan perubahan pola makan ini terkontrol sehingga tidak menyebabkan si Kecil GTM atau jadi picky eater.
Berikut ini tips supaya kebiasaan makan si Kecil menjadi sehat:
-
Pastikan ada banyak jenis makanan sehat di rumah
-
Libatkan si Kecil dalam belanja makanan dan menyiapkan makanan
-
Dorong si Kecil untuk makan secara perlahan
-
Makan bersama sebagai satu keluarga sesering mungkin
-
Buatlah camilan sehat dan pastikan si Kecil tidak ngemil berlebihan
-
Jangan makan makanan atau snack di depan TV
-
Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah
-
Pantau makanan si Kecil ketika di luar rumah
Berikan makanan dengan gizi seimbang
Pastikan diet si Kecil mengandung sumber karbohidrat, sayuran, buah-buahan, susu dan produk susu, serta sumber protein seperti daging, ikan, dan kacang-kacangan.
Kurangi asupan gula dalam sehari
Gantilah camilan yang terlalu banyak gula seperti es krim, permen, dan coklat, dengan buah. Kurangi juga konsumsi nasi putih karena mengandung kalori tinggi yang jika tidak digunakan diubah menjadi gula.
Cara mencegah obesitas anak
Tidak ada cara yang sederhana untuk mengatasi obesitas pada anak. Namun, Moms dan keluarga dapat mencegah hal ini terjadi pada si Kecil dengan berbagai cara, seperti:
Jadilah role model dengan mempraktikkan hidup sehat
Anak adalah peniru ulung. Jika si Kecil melihat Moms makan sehat dan aktif secara fisik, kemungkinan besar dia juga akan mengubah kebiasaan tidak sehat yang dijalaninya selama ini.
Kurangi asupan gula
Anak-anak di bawah 2 tahun tidak boleh mengonsumsi gula tambahan sama sekali. Sedangkan anak-anak yang lebih tua daripada 2 tahun tidak boleh mengonsumsi gula lebih dari 10% dari kalori hariannya. Gantilah minuman manis dengan air putih atau susu rendah lemak.
Tidur cukup
Tidur yang kurang dari normal dapat menyebabkan obesitas karena membuat si Kecil ingin makan lebih banyak dan kurang aktif secara fisik.
Rutin ikut Posyandu / check-up dokter
Kegiatan Posyandu dapat mengontrol tumbuh kembang si Kecil, termasuk menjaga agar berat badannya tetap normal. Pastikan si Kecil rajin ikut Posyandu atau setidaknya check-up ke dokter setahun sekali.
Referensi: Cleveland Clinic, Detik Health, Hello Sehat, Suara
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments