Perkenalkan, ini adalah anak kedua saya. Satria, berusia 9 tahun dengan diagnosa autis. Sehari-hari Satria asyik bermain dengan bricks ukuran besar atau uno stacko, diputar-putar. Alhamdullilah berkat rangkaian panjang terapi sejak dini, Satria kini mau mendengar instruksi dan mau menengok kala dipanggil. Walau tak bertahan lebih dari 5 menit. Alhamdullilah Satria bukan autis karena kecanduan gadget jadi memudahkan saya untuk mengajaknya belajar atau bicara.
Memiliki ABK dalam kasus saya adalah autis, membuat saya lebih realistis sebagai ibu. Sejak punya anak pertama, memang sudah terpatri dalam benak saya untuk tidak memaksakan kehendak, kelak anak mau jadi apa. Saya bebaskan mereka ingin berkembang seperti apa asalkan menuju kebaikan.
Dengan adanya Satria, membuat saya menjadi semakin sederhana dalam menyikapi segala sesuatunya. Nerimo dan legowo jika orang Jawa bilang. Hal penting yang kami terapkan ke Satria adalah akhlak, etika dan life skill.
Life skill akan menjadi konsentrasi penting, karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi nanti, untuk itu perlu kemandirian. Persiapkan anak autis untuk hidup sendiri di kemudian hari.
Apakah bisa anak autis hidup mandiri?
Bisa. Sangat bisa. Anak autis itu bukan anak dengan intelektual rendah. Mereka sangat menyukai hal yang teratur. Untuk itu kita bisa membiasakan mereka melakukan hal-hal kecil sederhana. Seperti makan, mandi sendiri. Memenuhi kebutuhannya sendiri. Mengajarkannya menyapu, membuang sampah, dsbnya.
Satria setahun terakhir ini saya ajak mengangkat jemuran bersama, memasak bersama, bersih-bersih bersama, menata kasur pun bersama. Awalnya pasti susah buatnya. Namun seiring waktu bisa.
Bagaimana caranya?
Kuncinya, ajarkan mereka dengan contoh. Sambil diajarkan sambil diberi contoh. Sekali, dua kali sampai beberapa kali. Lalu biarkan mereka mencoba sendiri sambil diawasi. Besoknya coba lagi. Seiring dengan rutinitas mereka bisa. Bisa karena biasa.
Selalu dalam pengawasan. Anak autis adalah anak yang mudah bosan dan sangat sulit konsentrasi. Maka itu setiap kita ajarkan tentang life skill, kita harus mencurahkan perhatian dan waktu untuk mengawasinya. Supaya lebih efisien baiknya sambil kerja bersama. Hitung-hitung dapat tenaga tambahan kan.
Sabar. Walau mereka bukan tergolong anak dengan IQ rendah, namun daya tangkap mereka tetap berbeda dengan anak pada umumnya. Hal ini karena bagi mereka sangat sulit untuk berkonsentrasi.
Biasakan. Lakukan hal-hal yang menjadi latihan kemandirian sebagai rutinitas. Agar terbentuk suatu kebiasaan yang positif.
Tentunya keberhasilan ini didukung dengan banyak faktor ya. Bagi parents dengan ABK yuk semangat, kita pasti bisa membentuk mereka jadi pribadi mandiri.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments