Melahirkan anak yang sehat dan sempurna secara fisik adalah dambaan semua orang tua di dunia, tak terkecuali saya. Saya adalah ibu dua anak yang semuanya masih berusia balita. Anak pertama saya perempuan dan yang kedua laki-laki.
Anak laki-laki saya baru berumur 5 bulan, didiagnosa menderita kelainan bawaan pada kelaminnya yang belakangan saya ketahui namanya Hipospadia. Tanggal 24 Januari 2019, saya melahirkan anak kedua berjenis kelamin laki-laki. Mulanya saya merasa aneh ketika melihat kelamin anak saya yang berbeda dengan kelamin anak normal, ditambah lagi dia tidak buang air kecil selama sehari. Saya pun konsul dengan dokter kandungan yang membantu proses persalinan. Dia menyarankan untuk diopname. Waktu itu saya tidak menurutinya Moms, belum masuk ke UGD aja saya sudah merinding membayangkan anak saya yang baru berumur sehari harus ditusuk jarum infus dan segala macam lainnya. Saya memilih pulang ke rumah, merawat anak saya seperti anak normal biasanya termasuk memberi ASI secara rutin. Dan alhamdulillah, dia buang air kecil. Perasaan saya luar biasa senang, saking senangnya air seni anak saya di selimutnya tidak saya cuci buat kenang2an (upssss, bukan contoh yang baik ya Moms).
Namun, perasaan itu tidak berlangsung lama. Ternyata setelah diperhatikan, lubang kelamin (uretra) anak saya bukan pada tempatnya. Air seni yang seharusnya keluar di ujung penis, ini malah keluar di bawah penis. Jaraknya sekitar 1 cm. Setelah konsultasi ke dokter, anak saya positif menderita hipospadia. Saya dan suami hanya bisa pasrah.
Menurut yang saya baca, "Hipospadia adalah suatu kelainan di mana letak lubang kencing pada bayi laki-laki tidak normal. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir." Karena letak lubang kencing yang tidak normal, anak dengan hipospadia akan mengalami gejala antara lain: Percikan urine tidak normal saat buang air kecil, Kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis dan bentuk penis melengkung ke bawah. Penyebabnya bisa karena sang ibu mengandung pada saat berusia 35 tahun ke atas, ibunya menderita obesitas dan diabetes saat hamil dan terpapar asap rokok atau pestisida saat hamil. Selain itu memiliki keluarga yang pernah mengalami hipospadia, dan anak yang terlahir secara prematur, juga diduga dapat memicu anak mengalami hipospadia.
Setelah sharing dengan dokter ahli, dia menyarankan untuk melakukan operasi saat anak saya berusia 1 tahun. Doakan ya Moms anak saya bisa sembuh. Semoga anak-anak kita sehat selalu. Doakan saya dan suami bisa kuat untuk menjalani pengobatan untuk adek Ghilman nanti. Saya sangat berharap sharingnya ya Moms, semoga kita bisa saling menguatkan. Salam hangat dari mama Ghaitsa-Ghilman.
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments