Kehidupan pasca menikah tentu berbeda 180 derajat bila dibandingkan dengan kehidupan sehari-hari ketika masih lajang. Anggarannya sudah pasti berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan pribadi. Saat masih single, Moms bisa leluasa membayar tagihan, berbelanja kebutuhan pokok, dan membeli barang-barang kesukaan Moms. Begitu pula dengan suami saat masih lajang bebas membeli barang-barang yang menjadi pelengkap hobinya.
Pengelolaan finansial ketika belum menikah tidak bisa Moms terapkan pasca menikah. Alasannya, Moms & Dads akan mengeluarkan banyak uang untuk membayar tagihan dan memenuhi kebutuhan pokok bersama. Perbedaan yang sangat signifikan ini membuat banyak pengantin baru kewalahan mengatur keuangan. Ada banyak kasus gaji tiba-tiba habis untuk membayar dan membeli ini itu padahal Moms & Dads masih harus memenuhi kebutuhan lainnya.
Bagaimana mengatur keuangan pasca menikah?
Pertanyaan “bagaimana, sih, cara mengatur keuangan pasca menikah?” banyak ditanyakan dan menjadi pikiran para pengantin baru. Meski setiap rumah tangga memiliki skala prioritas kebutuhan dan pemasukan yang berbeda-beda, ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan secara global untuk mengatur keuangan rumah tangga. Yang jelas, selain memenuhi kebutuhan pokok, Moms & Dads tetap harus mempertimbangkan pos anggaran tak terduga dan investasi.
Masihkan relevan anggapan mengenai keuangan keluarga hanya mengandalkan penghasilan suami sementara istri harus selalu di rumah mengurus anak?
Sebelum masuk ke tips mengatur keuangan setelah menikah, perlu dibahas terlebih dahulu anggapan tradisional mengenai keuangan keluarga. Siapa yang berhak mengatur keuangan rumah tangga? Secara tradisional, peran suami adalah mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya sementara peran istri adalah mengurus anak dan rumah tangga. Beberapa perempuan yang memutuskan untuk tidak bekerja lagi baik itu kerja di kantor atau di pabrik demi mengurus rumah tangga.
Nah, apakah pembagian peran seperti ini masih relevan dengan kehidupan modern? Ternyata tidak, Moms. Dewasa ini, perempuan juga bisa bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Faktanya, tips mengatur keuangan rumah tangga menurut Islam salah satunya mengatur mengenai seseorang yang tidak boleh berusaha terlalu keras/di luar kemampuan bahkan terlalu terobsesi mencari uang hingga mengorbankan segi kehidupan lainnya. Seorang suami boleh bekerja sesuai batas kemampuannya dalam mencari nafkah. Dia juga harus menyeimbangkan kehidupannya untuk memberikan perhatian kepada istri dan anak serta mendidik anak.
Oleh sebab itu, istri diperbolehkan membantu suami mencukupi kebutuhan rumah tangga dengan cara bekerja atau berdagang. Dalam Islam, hal ini disebut sebagai bentuk ta’awun ‘ala birri wat taqwa (saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan). Bentuk kerja sama ini dianjurkan dalam Islam. Istri juga boleh memberikan zakat harta kepada suami yang fakir atau memberikan pinjaman kepada suaminya apabila dia termasuk golongan tidak fakir (tidak berhak menerima zakat).
Masyarakat modern juga telah menyadari bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk meniti karier. Moms perlu mendiskusikan secara terbuka dan detail mengenai keputusan Moms meniti karir setelah menikah agar Dads paham konsekuensinya. Dads perlu pengertian dengan Moms dan turut meringankan beban pekerjaan rumah tangga dan kewajiban mengasuh anak. Komunikasi intens dan terus menerus niscaya memudahkan Moms menghilangkan tekanan dalam pekerjaan.
Nilai plus dari istri bekerja tentu saja adalah sumber penghasilan bertambah. Moms juga berkesempatan bersosialisasi dan memperluas pergaulan. Ini tentu sangat penting bagi kesehatan mental Moms sebagai makhluk sosial.
Moms juga bisa mengekspresikan diri Moms melalui pekerjaan. Moms jadi semakin percaya diri dan terhindar dari depresi. Ketika Moms tidak bekerja, perasaan cemas, marah, dan sedih yang Moms rasakan menjadi energi negatif yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Dengan bekerja, pikiran Moms menjadi penuh dengan kewajiban menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak sempat memikirkan hal-hal yang buruk.
Kesimpulannya, jauhkan diri dari pemikiran konservatif yaitu kaku akan peran gender tradisional dalam mengelola keuangan setelah menikah. Jika memang dari diskusi yang Moms & Dads lakukan, Moms lebih terampil mencari pemasukan dan Dads lebih andal mengatur keuangan, kenapa tidak?
Halaman 2 dari 4
Bagaimana sebaiknya orang tua muda mengatur keuangan setelah menikah?
Memastikan ada sekat jelas antara needs vs wants
Kebutuhan pokok merupakan prioritas utama pengeluaran. Ada tiga macam kebutuhan rumah tangga yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan pelengkap.
Dalam Islam, nafkah-nafkah pokok bagi manusia yang diperkirakan dapat mewujudkan 5 tujuan syariat digolongkan sebagai kebutuhan primer. Lima tujuan syariat itu adalah memelihara jiwa, akal, agama, keturunan, dan kehormatan. Maka, alokasikan dana yang utama untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, sandang, kesehatan, rasa aman, pengetahuan, dan pernikahan.
Sementara itu, kebutuhan sekunder didefinisikan sebagai kebutuhan apa pun yang memudahkan hidup manusia. Kebutuhan yang masih berhubungan dengan 5 tujuan syariat itu tidak harus dipenuhi jika Moms & Dads belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Contoh kebutuhan sekunder di antaranya memiliki smartphone, terhubung dengan internet, dan hiburan.
Terakhir, kebutuhan pelengkap berfungsi menambah status sosial atau kesejahteraan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Moms & Dads harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Jika tidak, Moms & Dads bisa terlilit utang. Tidak diperbolehkan pula dalam agama Islam untuk hidup bermewah-mewahan hingga boros. Maka, membeli pakaian bermerek, kendaraan mewah, atau perhiasan bisa ditunda dulu hingga manajemen keuangan setelah menikah benar-benar memungkinkan suami istri memenuhinya.
Jika Moms & Dads sudah benar-benar mandiri secara finansial, berkontribusilah dalam membangun bumi. Donasikan harta kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga mereka dapat hidup lebih layak.
Mengatur keuangan rumah tangga yang sehat dengan hemat dan sederhana
Hidup dalam kesederhanaan bukan berarti tidak mampu memenuhi kebutuhan primer sama sekali. Untuk dapat hidup sederhana, yang perlu Moms & Dads lakukan adalah membatasi diri tidak membelanjakan gaji secara berlebihan. Moms tidak boleh membebani Dads dengan anggaran yang di luar kemampuannya. Jangan bersikap boros dan konsumtif. Hidup berlebihan dapat merusak jiwa, harta, dan masyarakat.
Di sisi lain, kikir atau terlalu ketat dalam manajemen pembelanjaan juga tidak baik. Sikap hidup ini dianggap mubazir karena menimbun, memonopoli, dan menganggurkan harta yang dipunyai. Belanjakan uang sesuai kebutuhan dan manfaat yang utama, ya, Moms!
Berkomunikasi dan terbuka soal keuangan
Keberhasilan finansial dan keharmonisan rumah tangga sangat tergantung dari seberapa terbukanya suami istri terhadap hal sekecil apa pun. Bilanglah kepada Dads jika Moms ingin membeli skincare di toko online, begitu pula saat Dads ingin membeli alat pancing untuk memenuhi kebutuhan hobinya kepada Moms. Komunikasikan pula barang-barang yang merupakan kebutuhan bersama dengan detail; misalnya jika ingin membeli AC mau beli yang harga berapa, tipe apa, dan bagaimana cara membayarnya (tunai atau mencicil dsb.).
Mengadakan evaluasi secara berkala agar keuangan tidak keluar jalur
Agar tidak keluar dari jalur, adakan evaluasi keuangan secara berkala. Terutama, jika pada satu waktu tertentu ada lonjakan pengeluaran. Cari tahu sebabnya, misalnya karena adanya kenaikan harga kebutuhan pokok atau membeli barang yang tidak perlu. Setiap pengantin muda memiliki aturan keuangan berbeda namun harus tetap nyaman dan mengedepankan keluarga.
Halaman 3 dari 4
Bagaimana membagi budget keuangan yang ideal?
1. Buatlah rekening bersama dan tunjuklah bendahara keuangan rumah tangga
Jangan menggunakan rekening pribadi Moms atau Dads untuk merencanakan anggaran rumah tangga. Tetapkan berapa banyak jumlah uang yang akan disimpan di rekening tabungan bersama khusus untuk keuangan keluarga. Lalu, tetapkan bendahara yang akan memegang rekening tabungan, kartu ATM, dan dokumen-dokumen lain terkait rekening.
2. Alokasi keuangan rumah tangga dengan aturan 50%:30%:20%
Cara mengatur keuangan rumah tangga yang baik dan benar adalah dengan mengalokasikan anggaran biaya rumah tangga dengan formula 50%:30%:20%. Artinya, 50% pemasukan dialokasikan di pos kebutuhan hidup atau rumah tangga termasuk makanan dan transportasi. Kemudian, alokasikan 30% untuk gaya hidup seperti membeli tiket nonton, hadiah ulang tahun, keanggotaan gym, dsb. Terakhir, 20% dari pemasukan Moms & Dads dapat digunakan untuk tujuan finansial jangka panjang seperti pelunasan utang, dana pendidikan, dana pensiun, serta dana darurat.
Menurut Kristine Stevenson Seale, financial coach dan owner Advocate Financial Coaching di Temple, Texas, sewa rumah atau cicilan rumah seharusnya memiliki biaya total di bawah 35% pemasukan; idealnya 25%. Maka, Moms & Dads bisa memilih rumah dengan biaya yang direkomendasikan tersebut.
3. Alokasikan biaya transportasi 10-20% dari 50% pemasukan
Biaya transportasi kendaraan umum atau biaya cicilan mobil, servis, bahan bakar, dan perbaikan harus sudah termasuk dalam 50% anggaran. Lebih jauh, Joshua Schumm, financial coach yang sekaligus pemilik Kansas Financial Coaching di Hutchinson, Kansas, meminta pasangan suami istri membatasi biaya transportasi 10% sampai dengan 20% saja dari 50% pemasukan tersebut.
4. Alokasikan konsumsi sehari-hari 9-12% dari 50% pemasukan
Dari aturan 50%, alokasikan dana sebesar 9-12% untuk belanja konsumsi sehari-hari di supermarket. Caden Rhoton, founder personal finance website DimeDad.com, memberi saran untk mengalokasikan 8% pemasukan untuk kebutuhan makan sehari-hari dan 4% untuk makan di luar. Pilihlah mana yang sesuai dengan rumah tangga Moms & Dads, ya.
5. Alokasikan dana pensiun sebanyak 15-20% dari aturan 20% pemasukan
Umumnya orang sekarang ini mulai pensiun di usia 55 tahun. Namun, setelah pensiun, sebagian besar dari mereka tidak bisa menghidupi diri sesuai standar hidup karena kurang perencanaan pensiun. Maka dari itu, usahakan untuk mengalokasikan dana pensiun sebanyak 15-20% dari aturan 20% pemasukan untuk investasi. Ingat, utamakan untuk melunasi utang terlebih dahulu jika Moms & Dads masih memilikinya.
Investasi dianggap lebih menguntungkan daripada menabung biasa karena bisa mendapatkan bunga yang lebih daripada bunga tabungan. Investasi juga memungkinkan uang Moms & Dads terjaga dari angka inflasi. Gunakan software keuangan rumah tangga agar menghitung dana pensiun lebih mudah.
Halaman 4 dari 4
6. Alokasikan dana darurat minimal 9 kali pengeluaran bulanan
Pengertian dana darurat adalah dana yang perlu dipersiapkan dalam keadaan darurat misalnya sakit, PHK, dan kejadian tak terduga. Anggarkan dana darurat minimal 9 kali pengeluaran bulan setiap periodenya supaya Moms & Dads tidak panik saat hal-hal yang tidak diinginkan terkait keuangan terjadi.
7. Hindari utang atau jaga agar rasio utang tidak lebih dari 30% penghasilan
Utang sebaiknya dihindari karena membebani keuangan rumah tangga. Bila terpaksa, utanglah untuk memenuhi kebutuhan pokok yang tidak bisa dipenuhi dalam waktu dekat seperti mencicil rumah tinggal. Rasio utang yang lebih dari 30% penghasilan akan mengganggu keuangan rumah tangga dan menyulitkan Moms & Dads mandiri secara finansial.
Nah, Moms, sudah tahu, kan, apa yang harus Moms lakukan untuk mengatur keuangan rumah tangga bersama Dads? Silakan dipraktikkan dengan disiplin, ya, Moms!
Tag: keuangan rumah tangga, tips mengatur keuangan setelah menikah
Referensi: CIMB Niaga, Duwitmu, KoinWorks, Pengusaha Muslim, SiapNikah
Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Comments